Sumbangan Islam Terhadap
Perkembangan Peradaban Dunia
Dalam perkembangan peradaban di
dunia Islam telah memunculkan tokoh-tokoh ilmuan Muslim. Berikut para
tokoh-tokoh ilmuan tersebut.
1.
Al
Biruni (Penemu Gaya Grafitasi)
Nama lengkapnya adalah Abu Raihan Muhammad ibnu Ahmad Al Biruni.
Ia lahir di desa Khath (ibukota kerajaan Khawarizm, Turkmenistan (sekarang
menjadi kota Kiva di wilayah Uzbekistan)) pada September 973 M atau 362 H. Ia
lebih terkenal dengan nama Al Biruni karena artinya yang unik yakni ‘asing’.
Nama ini dikhususkan pada wilayah tempat kelahirannya, Turkmenistan yang pada
waktu itu memang dikhususkan menjadi sebuah pemukiman yang dikhususkan bagi
orang-orang asing.
Al Biruni tumbuh dan besar
dilingkungan keluarga yang taat beragama dan mencintai ilmu pengetahuan. Jadi
dari kecil, ia sudah gemar membaca dan menulis. Di usianya yang masih belia, ia
dikenal sebagai seseorang yang ahli di banyak ilmu. Ia selalu mengais ilmu
dimanapun ia berada. Jamil Ahmed dalam Seratus Tokoh Muslim mengungkapkan, penjelajahan
Al Biruni pertama kali ke daerah Jurjan, dekat Laut Kaspia (Asia Tengah).
Penjelajahan itu sebenarnya dilakukan tanpa unsur kesengajaan.
Alkisah, setelah beberapa lamanya
menetap di Jurjan, Al-Biruni memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya.
Namun tak disangkanya, ia menyaksikan tanah kelahirannya itu penuh konflik
antar etnis. Kenyataan ini dimanfaatkan oleh Sultan Mahmoud Al-Gezna, yang
melakukan invasi dan menaklukkan Jurjan.
Keberhasilan penaklukkan ini
membawa AlBiruni melanglang ke India bersama tim ekspedisi Sultan Mahmoud. Di
sini, ia banyak menghasilkan karya tulis, baik berupa buku maupun artikel
ilmiah yang disampaikannya dalam beberapa pertemuan. Selain menghasilkan karya,
penjelajahan bersama sang Sultan ini juga menghasilkan dibukanya kawasan India
bagian timur sebagai basis baru dakwah Islam Al-Biruni.
Dalam rangkaian 'tour' nya di India
ini, Al Biruni memanfaatkan waktu luang bagi penelitian sekitar adat istiadat
dan perilaku masyarakat setempat. Dari penelitiannya inilah, beberapa karya
besar lahir. Tak hanya itu, Al-Biruni pertama kali memperkenalkan permainan
catur 'ala' India ke negeri-negeri Islam, serta menjelaskan problem-problem
trigonometri lanjutan dalam karyanya, Tahqiq Al-Hind.
Kepiawaian dan kecerdasan Al-Biruni
merangsang dirinya mendalami sekitar ilmu astronomi. Ia memberikan perhatian
yang besar terhadap kemungkinan gerak bumi mengitari matahari. Sayangnya,
bukunya yang membicarakan soal ini hilang. Namun ia berpendapat, seperti yang
pernah ia sampaikan dalam suratnya kepada Ibnu Sina, bahwa gerak eliptis lebih
mungkin daripada gerak melingkar pada planet. Al-Biruni konsisten
mempertahankan pendapatnya tersebut, dan ternyata di kemudian hari terbukti
kebenarannya menurut ilmu astronomi modern. Prestasi Al-Biruni adalah tentang
penghitungan akurat mengenai timbangan 18 batu. Selain itu, ia juga menemukan
konsep bahwa cahaya lebih cepat dari suara. Dalam kaitan ini, Al-Biruni
membantah beberapa prinsip fisika Aristotelian seperti tentang gerak gravitasi
langit, gerak edar langit, tempat alamiah benda serta masalah kontinuitas dan
diskontinuitas materi dan ruang. Dalam membantah dalil kontinuitas materi yang
menyatakan, benda dapat terus-menerus dibagi secara tak terhingga, Al-Biruni
menjelaskan bahwa jika dalil itu benar tentu benda yang bergerak cepat tidak
akan pernah menyusul benda yang mendahuluinya, namun bergerak lambat.
Kenyataannya, urai Al-Biruni, dalam pengamatan kita, benda yang bergerak cepat
dapat menyusul benda yang mendahuluinya seperti bulan yang mendahului matahari
karena gerak bulan jauh lebih cepat daripada matahari. Lalu Al-Biruni
menjelaskan bahwa alangkah hinanya jika kita menafikan pengamatan atas
kenyataan itu.
Sebagai seorang fisikawan,
A1-Biruni memberikan sumbangan penting bagi pengukuran jenis berat (specific
gravity) berbagai zat dengan hasil perhitungan yang cermat dan akurat. Konsep
ini sesuai dengan prinsip dasar yang ia yakini bahwa seluruh benda tertarik
oleh gaya gravitasi bumi.
Teori ini merupakan pintu gerbang
menuju hukum-hukum Newton 500 tahun kemudian. Al Biruni juga mengajukan
hipotesa tentang rotasi bumi di sekeliling sumbunya. Konsep ini lalu
dimatangkan dan diformulasikan oleh Galileo Galilei 600 tahun setelah wafatnya
Al Biruni.
Sebagai sosok yang gemar membaca
dan menulis, kepakaran Al-Biruni tak hanya di bidang ilmu eksakta. Ia juga
mahir dalam disiplin filsafat. Karena itu, ia dikenal sebagai salah seorang
filsuf Muslim yang amat berpengaruh.
Pemikiran filsafat Al-Biruni banyak
dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Al-Farabi, A1-Kindi, dan Al-Mas'udi (w. 956
M). Hidup sezaman dengan filsuf besar dan pakar kedokteran Muslim, Ibnu Sina,
Al-Biruni banyak berdiskusi dengan Ibnu Sina, baik secara langsung maupun
melalui surat menyurat. Keduanya tak jarang terlibat debat sekitar pemikiran
filsafat. Ia misalnya menentang aliran paripatetik yang dianut oleh Ibnu Sina
dalam banyak aspek. AlBiruni memperlihatkan ketidaktergantungan yang agak besar
terhadap filsafat Aristoteles dan kritis terhadap beberapa hal dalam -fisika
paripatetik, seperti dalam masalah gerak dan tempat.
Semua yang dilakukannya itu selalu
ia landaskan pada prinsip-prinsip Islam, serta meletakkan sains sebagai sarana
untuk menyingkap rahasia alam. Hasil eksperimen dan penelitiannya selalu
bermuara pada pengakuan keberadaan Sang Pencipta (Allah).
Ketika seorang ilmuwan, kata
Al-Biruni, akan memutuskan untuk membedakan kebenaran dan kepalsuan, dia harus
menyelidiki dan mempelajari alam. Kalau pun ia tidak membutuhkan hal ini, maka
ia perlu berpikir tentang hukum alam yang mengatur cara-cara kerja alam
semesta. Ini akan dapat mengarahkannya untuk mengetahui kebenaran dan membuka
jalan baginya untuk mengetahui Wujud' yang mengaturnya.
Dalam bukunya, A1-Jamahir,
Al-Biruni juga menegaskan, "penglihatan menghubungkan apa yang kita lihat
dengan tanda-tanda kebijaksanaan Allah dalam ciptaan-Nya. Dari penciptaan alam
tersebut kita menyimpulkan eksistensi Allah." Prinsip ini dipegang teguh
dalam setiap penyelidikannya. Ia tetap kritis dan tidak memutlakkan metodologi
dan hasil penelitiannya.
Pandangan Al-Biruni ini berbeda
sekali dengan pandangan saintis Barat modern yang melepaskan sains dari agama.
Pandangan mereka tentang alam berusaha menafikan keberadaan Allah sebagai
pencipta.
Keberhasilan Al-Biruni di bidang
sains dan ilmu pengetahuan ini membuat decak kagum kalangan Barat. Max Mayerhof
misalnya mengatakan, "Abu Raihan Muhammad ibn Al-Biruni dijuluki Master,
dokter, astronom, matematikawan, ahli fisika, ahli geografi, dan sejarahwan.
Dia mungkin sosok paling menonjol di seluruh bimasakti para ahli terpelajar
sejagat, yang memacu zaman keemasan ilmu pengetahuan Islam." Pengakuan
senada juga dilontarkan sejarahwan asal India, Si J.N. Sircar.
Ilmuwan besar ini akhirnya
menghadap Sang Ilahi Rabbi pada 1048 M, dalam usia 75 tahun di Ghazna (kini
wilayah Afganistan).
Karya-Karya
Al Biruni :
Beberapa diantara bukunya terbilang
sebagai karya monumental. Seperti buku Al-Atsarul Baqiyah Qurunil
Khaliyah(Peninggalan Bangsa bangsa Kuno) yang ditulisnya pada 998 M ketika ia
merantau ke Jurjan, daerah tenggara Laut Kaspia. Dalam karyanya tersebut,
Al-Biruni antara lain mengupas sekitar upacara-upacara ritual, pesta, dan
festival bangsa-bangsa kuno.
Masih dalam lingkup yang sama,
Al-Biruni tak menyia-nyiakan kesempatan beberapa ekspedisi militer ke India
bersama Sultan Mahmoud Gezna. Ia pergunakan lawatannya tersebut dengan
melakukan penelitian seputar adat istiadat, agama dan kepercayaan masyarakat
India. Selain itu, ia juga belajar filsafat Hindu pada sarjana setempat. Jerih
payahnya inilah menghasilkan karya besar berjudul Tarikhul Al Hindy (Sejarah
India) tahun 1030 M. Intelektual Iran, Sayyed Hossein Nasr, dalam Science and
Civilization in Islam (1968), menyatakan, buku ini merupakan uraian paling
lengkap dan terbaik mengenai agama Hindu, sains dan adat istiadat India.
A1-Biruni, dalam karyanya ini
antara lain menulis analisis menarik, bahwa pada awalnya manusia mempunyai
keyakinan monoteisme, penuh kebaikan dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tapi
lantaran nafsu murka telah membawa mereka pada perbedaan agama, filsafat dan
politik, sehingga mereka menyimpang dari monoteisme ini.
Ia juga membahas tentang geografi
India. A1-Biruni juga berpendapat, lembah Sungai Hindus dan India, mulanya
terbenam dalam laut, namun perlahan menjadi penuh endapan yang dibawa air
sungai. Tak hanya menulis buku tentang sosiologi, Al Biruni juga banyak menulis
tentang ilmu-ilmu eksakta seperti geometri, aritmatika, astronomi dan
astrologi. Karya di bidang ini misalnya Tafhim li Awall Sina'atut Tanjim.
Khusus disiplin ilmu astronomi, ia menulis buku berjudul Al Qanun Al Mas'udi
fil Hai'ah wan Nujum (Teori tentang Perbintangan) yang dipersembahkan untuk
Sultan Mas'ud dari Ghazna (tempat beliau menutup umur).
Buku ini bermula dari percakapan
antar Sultan Mas'ud dan Al Biruni mengenai perbedaan malam dan mengapa terjadi.
Al Biruni pun kemudian mengamati pergerakan bintang, planet dan referensi buku
- buku yang telah ada dan ditulislah hasilnya dalam buku tersebut.
Di Barat, buku ini memperoleh
penghargaan dan menjadi bacaan standar di berbagai universitas Barat selama
beberapa abad. Ilmuwan Muslim ini juga dikenal sebagai pengamat pertambangan.
Untuk masalah ini, ia menulis buku Al Jamahir fi Ma'rifati I Jawahir tahun 1041
M.
Karya lainnya, di bidang kedokteran
berjudul As-Saydala fit Thib (Farmasi dalam ilmu Kedokteran), Al Maqallid 'Ilm
Al-Hai'ah(tentang perbintangan), serta buku Kitab Al Kusufwal Khusuf Ala Khayal
Al-Hunud (Kitab tentang Pandangan Orangorang India terhadap Peristiwa Gerhana
Matahari dan Gerhana Bulan).
2.
Al
Buzjani (Peletak Dasar Rumus Trigonometri)
Masa kejayaan Islam tempo dulu
antara lain ditandai dengan maraknya tradisi ilmu pengetahuan. Para sarjana
Muslim, khususnya yang berada di Baghdad dan Andalusia, memainkan peran cukup
penting bagi tumbuh berkembangnya ilmu kedokteran, matematika, kimia, dan
bidang ilmu lain yang sekarang berkembang. Selama berabad-abad sarjana-sarjana
Muslim tadi menuangkan buah pikiran dan hasil penelitian ke dalam kitab-kitab
pengetahuan untuk kemudian menjadi rujukan ilmu pengetahuan modern. Kini, dunia
telah dapat mengambil manfaat dari pengembangan ilmu yang dirintis oleh para
ilmuwan serta sarjana Muslim.
Abu
Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail al Buzjani,
merupakan satu di antara sekian banyak ilmuwan Muslim yang turut mewarnai
khazanah pengetahuan masa lalu. Dia tercatat sebagai seorang ahli di bidang
ilmu matematika dan astronomi. Kota kecil bernama Buzjan, Nishapur, adalah
tempat kelahiran ilmuwan besar ini, tepatnya tahun 940 M. Sejak masih kecil,
kecerdasannya sudah mulai nampak dan hal tersebut ditunjang dengan minatnya
yang besar di bidang ilmu alam. Masa sekolahnya dihabiskan di kota kelahirannya
itu.
Setelah berhasil menyelesaikan
pendidikan dasar dan menengah, Abul Wafa lantas memutuskan untuk meneruskan ke
jenjang lebih tinggi di ibukota Baghdad tahun 959 M. Di sana, dia pun belajar
ilmu matematika. Sejarah mencatat, di kota inilah Abu Wafa kemudian
menghabiskan masa hidupnya. Tradisi dan iklim keilmuan Baghdad benar-benar amat
kondusif bagi perkembangan pemikiran Abu Wafa. Berkat bimbingan sejumlah
ilmuwan terkemuka masa itu, tak berapa lama dia pun menjelma menjadi seorang
pemuda yang memiliki otak cemerlang.
Dia pun lantas banyak membantu para
ilmuwan serta pula secara pribadi mengembangkan beberapa teori penting di
bidang matematika, utamanya geometri dan trigonometri. Di bidang ilmu geometri,
Abul Wafa memberikan kontribusi signifikan bagipemecahan soal-soal geometri
dengan menggunakan kompas; konstruksi ekuivalen untuk semua bidang, polyhedral
umum; konstruksi hexagon setengah sisi dari segitiga sama kaki; konstruksi
parabola dari titik dan solusi geometri bagi persamaan.
Konstruksi bangunan trigonometri
versi Abu Wafa hingga kini diakui sangat besar kemanfaatannya. Dia adalah yang
pertama menunjukkan adanya teori relatif segitiga parabola. Tak hanya itu, dia
juga mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi empat serta perbaikan
nilai sinus 30 dengan memakai delapan desimal. Abul Wafa pun mengembangkan
hubungan sinus dan formula 2 sin2 (a/2) = 1 - cos a dan juga sin a = 2 sin
(a/2) cos (a/2).
Di samping itu, Abu Wafa membuat
studi khusus menyangkut teori tangen dan tabel penghitungan tangen. Dia
memperkenalkan secan dan cosecan untuk pertama kalinya, berhasil mengetahui
relasi antara garis-garis trigonometri yang mana berguna untuk memetakannya
serta pula meletakkan dasar bagi keberlanjutan studi teori conic.
Abu Wafa bukan cuma ahli
matematika, namun juga piawai dalam bidang ilmu astronomi. Beberapa tahun
dihabiskannya untuk mempelajari perbedaan pergerakan bulan dan menemukan
"variasi". Dia pun tercatat sebagai salah satu dari penerjemah bahasa
Arab dan komentator karya-karya Yunani.
Di samping itu, Abu Wafa membuat
studi khusus menyangkut teori tangen dan tabel penghitungan tangen. Dia
memperkenalkan secan dan cosecan untuk pertama kalinya, berhasil mengetahui
relasi antara garis-garis trigonometri yang mana berguna untuk memetakannya
serta pula meletakkan dasar bagi keberlanjutan studi teori conic. Abu Wafa
bukan cuma ahli matematika, namun juga piawai dalam bidang ilmu astronomi.
Beberapa tahun dihabiskannya untuk mempelajari perbedaan pergerakan bulan dan
menemukan "variasi". Dia pun tercatat sebagai salah satu dari
penerjemah bahasa Arab dan komentator karya-karya Yunani.
Karya
– Karya Al Bazjuni:
Banyak buku dan karya ilmiah telah
dihasilkannya dan mencakup banyak bidang ilmu. Namun tak banyak karyanya yang
tertinggal hingga saat ini. Sejumlah karyanya hilang, sedang yang masih ada,
sudah dimodifikasi. Kontribusinya dalam bentuk karya ilmiah antara lain dalam
bentuk kitab Ilm al-Hisab (Buku Praktis Aritmatika), Al-Kitab Al-Kamil (Buku
Lengkap), dan Kitab al-Handsa (Geometri Terapan). Abul Wafa pun banyak
menuangkan karya tulisnya di jurnal ilmiah Euclid, Diophantos dan
al-Khawarizmi, tetapi sayangnya banyak yang telah hilang.
Kendati demikian, sumbangsihnya
bagi teori trigonometri amatlah signifikan terutama pengembangan pada rumus
tangen, penemuan awal terhadap rumus secan dan cosecan. Maka dari itu, sejumlah
besar rumus trigomometri tak bisa dilepaskan dari nama Abul Wafa. Seperti
disebutkan dalam Alquran maupun hadis, agama Islam menganjurkan kepada umatnya
untuk senantiasa belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Inilah yang
dihayati oleh sang ilmuwan Muslim, Abul Wafa Muhammad hingga segenap
kehidupannya dia abdikan demi kemajuan ilmu. Dia meninggal di Baghdad tahun 997
M.
3.
Al
Farghani (Rujukan Astronom Eropa)
Astronomi merupakan ilmu yang telah
lama menjadi objek kajian umat Islam. Melalui kajian ilmu ini umat Islam mampu
mengurai misteri benda-benda langit dan memberikan sumbangan berharga di
dalamnya. Tak heran pula jika banyak astronom Muslim dan menyumbangkan
pemikirannya dalam karya yang dibukukukan.
Sebagian besar karya mereka pun
menjadi rujukan. Tak hanya oleh ilmuwan semasanya yang juga Muslim namun juga
oleh ilmuwan non-Muslim. Buku karya mereka telah melintasi batas wilayah. Karya
mereka tak hanya dirujuk di negeri asalnya namun juga bangsa-bangsa lainnya,
semisal di Eropa.
Salah satu astronom Muslim yang
berhasil menorehkan prestasi gemilang itu adalah Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Pria yang
karib disapa Al-Farghani ini lahir di Farghana. Ia adalah salah satu astronom
yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Mamun pada abad kesembilan dan
pewaris pemerintahan selanjutnya.
Pada masa itu pemerintah memang
memberikan dukungan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
kajian astronomi. Bahkan khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang sering
disebut sebagai Akademi Al-Mamun. Al-Farghani merupakan salah satu ilmuwan yang
direkrut untuk bergabung di dalam akademi tersebut.
Al-Farghani bersama astronom
lainnya telah menggunakan peralatan kerja yang canggih pada masanya. Mereka
mampu memanfaatkan fasilitas yang ada, hingga mampu menghitung ukuran bumi,
meneropong bintang-bintang dan menerbitkan berbagai laporan ilmiah.
Karya
– Karya Al-Farghani:
Hasil buah tangannya adalah buku
tentang astronomi yang menjadi rujukan di dunia. Kitab fi al-Harakat
al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum yang dalam dialihbahasakan menjadi The
Elements of Astronomy. Buku ini isinya mengenai gerakan celestial dan kajian
atas bintang.
Pada abad kedua belas buku ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan memberikan pengaruh besar bagi
perkembangan astronomi di Eropa sebelum masa Regiomontanus.
Al-Farghani memang mengadopsi
teori-teori Ptolemaeus namun kemudian ia kembangkan lebih lanjut. Hingga
akhirnya ia mampu membentuk teorinya sendiri.
Selain itu ia pun kemudian berhasil
menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil. Al-Farggani
menjabarkan pula jarak dan diameter planet lainnya. Ini merupakan pencapaian
yang sangat luar biasa. Tak heran jika buku karya Al-Farghani tersebut
mendapatkan respons yang positif tak hanya oleh kalangan Muslim juga ilmuwan
non-Muslim.
Terkenalnya karya Al-Farghani ini
disebabkan adanya upaya penerjamahan atas karyanya tersebut. Dua terjemahan The
Elements of Astronomy dalam bahasa latin ditulis pada abad kedua belas. Salah
satunya ditulis oleh John Seville pada 1135 yang kemudian direvisi oleh
Regiomontanus pada 1460-an.
Sedangkan terjemahan lainnya
ditulis oleh Gerard Cremona sebelum 1175. Karya selanjutnya disusun oleh Dante
yang dilengkapi oleh pemahaman dirinya mengenai astronomi dan ia masukan dalam
karyanya, La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli menerjemahkannya
pula ke dalam bahasa Yahudi.
Ini menjadi versi latin ketiga yang
dibuat pada 1590. Dan pada 1669 Jacob Golius menerbitkan teks latin yang baru.
Bersamaan dengan karya-karya tersebut, banyak ringkasan karya Al-Farghani yang
beredar di kalangan saintis dan ini memberikan kontribusi bagi perkembangan
pemikiran Al-Farghani di Eropa.
Kelak kemudian hari, The Elements
of Astronomy diakui memang sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh.
Seorang ilmuwan yang bernama Abd al-Aziz al-Qabisi memberikan komentar atas
karya Al-Farghani tersebut, yang kemudian komentar Abd al-Aziz ini tersimpan di
Istanbul sebagai manuskrip yang sangat berharga.
Manuskrip lainnya juga banyak
bertebaran di berbagi perpustakaan yang ada di Eropa. Ini membuktikan pula
bahwa pemikiran Al-Farghani menjadi acuan dalam perkembangan astronomi di
Eropa. Aktivitas Al-Farghani tak melulu di bidang astronomi namun ia pun
melebarkan aktivitasnya di bidang teknik.
Ini terbukti jika kita mengutip
ucapan seorang ilmuwan yang bernama Ibn Tughri Birdi. Ia menyatakan,
Al-Farghani pernah ikut dalam melakukan pengawasan pembangunan Great Nilometer,
merupakan alat pengukur air, di Fustat atau Kairo Lama. Bangunan tersebut
rampung pada 861 bersamaan dengan meninggalnya Kalifah Al-Mutawwakil yang
memerintahkan adanya pembangunan Nilometer tersebut. Tughri menyatakan bahwa
semula Al-Farghani memang tak dilibatkan. Namun ia akhirnya terlibat juga
karena harus melanjutkan tugas yang dibebankan kepada putra khalifah yaitu Musa
Ibn Shakir, Muhamad dan Ahmad. Ia harus melakukan pengawasan atas penggalian
kanal yang dinamakan Kanal Al-Ja'fari di kota baru Al-Ja'fariyya, yang letaknya
berdekatakan dengan Samaran di daerah Tigris. Al-Farghani saat itu memerintahkan
penggalian kanal dengan membuat hulu kanal digali lebih dalam dibandingkan
bagian lainnya. Maka tak ada air yang cukup mengalir pada kanal tersebut
kecuali pada saat permukaan air Sungai Tigris sedang pasang. Kebijakan
Al-Farghani ini kemudian didengar oleh sang khalifah dan membuatnya marah.
Namun hitungan Al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik
lainnya yang berpengaruh pula, yaitu Sind Ibn Ali. Sind membenarkan perhitungan
yang dilakukan oleh Al-Farghani. Paling tidak ini membuat khalifah menerima
kebijakan tersebut. Dalam bidang teknik, Al-Farghani juga menelurkan karya
dalam bentuk buku yaitu Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti, dan Kitab 'Amal
al-Rukhamat. ( fer/berbagai sumber ).
4.
Al-Jazari (Penemu Konsep Robotika
Modern)
Al Jazari mengembangkan prinsip
hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin
robot.
”Tak mungkin mengabaikan hasil
karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan
instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin” (Donald Hill).
Kalimat di atas merupakan komentar
Donald Hill, seorang ahli teknik asal Inggris yang tertarik dengan sejarah
teknologi, atas buku karya ahli teknik Muslim yang ternama, Al-Jazari.
Al Jazari merupakan seorang tokoh
besar di bidang mekani dan industri. Lahir dai Al Jazira, yang terletak
diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya antara Sungai tigris
dan Efrat. Al-Jazari merupakan ahli
teknik yang luar biasa pada masanya. Nama lengkapnya adalah Badi Al-Zaman Abullezz Ibn Alrazz
Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad kedua belas. Ibnu
Ismail Ibnu Al-Razzaz al-Jazari mendapat julukan sebagai Bapak Modern
Engineering berkat temuan-temuannya yang banyak mempengaruhi rancangan mesin-mesin
modern saat ini, diantaranya combustion engine, crankshaft, suction pump,
programmable automation, dan banyak lagi.
Ia dipanggil Al-Jazari karena lahir
di Al-Jazira, sebuah wilayah yang terletak di antara Tigris dan Efrat, Irak.
Seperti ayahnya ia mengabdi pada raja-raja Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir
dari 1174 sampai 1200 sebagai ahli teknik.
Donald Routledge dalam bukunya
Studies in Medieval Islamic Technology, mengatakan bahwa hingga zaman modern
ini, tidak satupun dari suatu kebudayaan yang dapat menandingi lengkapnya
instruksi untuk merancang, memproduksi dan menyusun berbagai mesin sebagaimana
yang disusun oleh Al-Jazari. Pada 1206 ia merampungkan sebuah karya dalam
bentuk buku yang berkaitan dengan dunia teknik.Beliau mendokumentasikan lebih dari
50 karya temuannya, lengkap dengan rincian gambar-gambarnya dalam buku,
“al-Jami Bain al-Ilm Wal ‘Aml al-Nafi Fi Sinat ‘at al-Hiyal” (The Book of
Knowledge of Ingenious Mechanical Devices). Bukunya ini berisi tentang teori
dan praktik mekanik. Karyanya ini sangat berbeda dengan karya ilmuwan lainnya,
karena dengan piawainya Al-Jazari membeberkan secara detail hal yang terkait
dengan mekanika. Dan merupakan kontribusi yang sangat berharga dalam sejarah
teknik.
Keunggulan buku tersebut mengundang
decak kagum dari ahli teknik asal Inggris, Donald Hill (1974). Donald
berkomentar bahwa dalam sejarah, begitu pentingnya karya Al-Jazari tersebut.
Pasalnya, kata dia, dalam buku Al-Jazari, terdapat instruksi untuk merancang,
merakit, dan membuat mesin.
Di tahun yang sama juga 1206,
al-Jazari membuat jam gajah yang bekerja dengan tenaga air dan berat benda
untuk menggerakkan secara otomatis sistem mekanis, yang dalam interval tertentu
akan memberikan suara simbal dan burung berkicau. Prinsip humanoid automation
inilah yang mengilhami pengembangan robot masa sekarang. Kini replika jam gajah
tersebut disusun kembali oleh London Science Museum, sebagai bentuk penghargaan
atas karya besarnya.
Pada acara World of Islam Festival
yang diselenggarakan di Inggris pada 1976, banyak orang yang berdecak kagum
dengan hasil karya Al-Jazari. Pasalnya, Science Museum merekonstruksi kerja
gemilang Al-Jazari, yaitu jam air.
Ketertarikan Donald Hill terhadap
karya Al-Jazari membuatnya terdorong untuk menerjemahkan karya Al-Jazari pada
1974, atau enam abad dan enam puluh delapan tahun setelah pengarangnya
menyelesaikan karyanya.
Tulisan Al-Jazari juga dianggap
unik karena memberikan gambaran yang begitu detail dan jelas. Sebab ahli teknik
lainnya lebih banyak mengetahui teori saja atau mereka menyembunyikan
pengetahuannya dari orang lain. Bahkan ia pun menggambarkan metode rekonstruksi
peralatan yang ia temukan.
Karyanya juga dianggap sebagai
sebuah manuskrip terkenal di dunia, yang dianggap sebagai teks penting untuk
mempelajari sejarah teknologi. Isinya diilustrasikan dengan miniatur yang
menakjubkan. Hasil kerjanya ini kerap menarik perhatian bahkan dari dunia
Barat.
Dengan karya gemilangnya, ilmuwan
dan ahli teknik Muslim ini telah membawa masyarakat Islam pada abad ke-12 pada
kejayaan. Ia hidup dan bekerja di Mesopotamia selama 25 tahun. Ia mengabdi di
istana Artuqid, kala itu di bawah naungan Sultan Nasir al-Din Mahmoud.
Al-Jazari memberikan kontribusi
yang pentng bagi dunia ilmu pengetahuan dan masyarakat. Mesin pemompa air yang
dipaparkan dalam bukunya, menjadi salah satu karya yang inspiratif. Terutama
bagi sarjana teknik dari belahan negari Barat.
Jika menilik sejarah, pasokan air
untuk minum, keperluan rumah tangga, irigasi dan kepentingan industri merupakan
hal vital di negara-negara Muslim. Namun demikian, yang sering menjadi masalah
adalah terkait dengan alat yang efektif untuk memompa air dari sumber airnya.
Masyarakat zaman dulu memang telah
memanfaatkan sejumlah peralatan untuk mendapatkan air. Yaitu, Shaduf maupun
Saqiya. Shaduf dikenal pada masa kuno, baik di Mesir maupun Assyria. Alat ini
terdiri dari balok panjang yang ditopang di antara dua pilar dengan balok kayu
horizontal.
Sementara Saqiya merupakan mesin
bertenaga hewan. Mekanisme sentralnya terdiri dari dua gigi. Tenaga binatang
yang digunakan adalah keledai maupun unta dan Saqiya terkenal pada zaman Roma.
Para ilmuwan Muslim melakukan
eksplorasi peralatan tersebut untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.
Al-Jazari merintis jalan ke sana dengan menguraikan mesin yang mampu
menghasilkan air dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan mesin yang
pernah ada sebelumnya.
Karya
Mesin Al-Jazari:
Al-Jazari, kala itu, memikul
tanggung jawab untuk merancang lima mesin pada abad ketiga belas. Dua mesin
pertamanya merupakan modifikasi terhadap Shaduf, mesin ketiganya adalah
pengembangan dari Saqiya di mana tenaga air menggantikan tenaga binatang.
Satu mesin yang sejenis dengan
Saqiya diletakkan di Sungai Yazid di Damaskus dan diperkirakan mampu memasok
kebutuhan air di rumah sakit yang berada di dekat sungai tersebut.
Mesin keempat adalah mesin yang
menggunakan balok dan tenaga binatang. Balok digerakkan secara naik turun oleh
sebuah mekanisme yang melibatkan gigi gerigi dan sebuah engkol.
Mesin itu diketahui merupakan mesin
pertama kalinya yang menggunakan engkol sebagai bagian dari sebuah mesin. Di
Eropa hal ini baru terjadi pada abad 15. Dan hal itu dianggap sebagai
pencapaian yang luar biasa. Pasalnya, engkol mesin merupakan peralatan mekanis
yang penting setelah roda. Ia menghasilkan gerakan berputar yang terus menerus.
Pada masa sebelumnya memang telah ditemukan engkol mesin, namun digerakkan
dengan tangan. Tetapi, engkol yang terhubung dengan sistem roda di sebuah mesin
yang berputar ceritanya lain. Penemuan engkol mesin sejenis itu oleh sejarawan
teknologi dianggap sebagai peralatan mekanik yang paling penting bagi
orang-orang Eropa yang hidup pada awal abad kelima belas. Bertrand Gille
menyatakan bahwa sistem tersebut sebelumnya tak diketahui dan sangat terbatas
penggunaannya. Pada 1206 engkol mesin yang terhubung dengan sistem rod
sepenuhnya dikembangkan pada mesin pemompa air yang dibuat Al-jazari. Ini
dilakukan tiga abad sebelum Francesco di Giorgio Martini melakukannya.
Sedangkan mesin kelima, adalah
mesin pompa yang digerakkan oleh air yang merupakan peralatan yang
memperlihatkan kemajuan lebih radikal. Gerakan roda air yang ada dalam mesin
itu menggerakan piston yang saling berhubungan.
Kemudian, silinder piston tersebut
terhubung dengan pipa penyedot. Dan pipa penyedot selanjutnya menyedot air dari
sumber air dan membagikannya ke sistem pasokan air. Pompa ini merupakan contoh
awal dari double-acting principle. Taqi al-Din kemudian menjabarkannya kembali
mesin kelima dalam bukunya pada abad keenam belas.
5.
AL
JAHIZ, PENULIS ENSIKLOPEDIA HEWAN
Al
Jahiz ( الجاحظ), nama aslinya Abu Amr
Usman bin Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Bashri,
adalah seorang ilmuwan terkenal
keturunan Arab Negro dari Timur Afrika, lahir di Basra, c. 781 - 868
Desember atau Januari 869 M.
Di
Basra, Al-Jahiz menulis artikel tentang institusi kekhalifahan. Hal ini
kemudian menjadi awal karirnya sebagai penulis. Sejak itu, ia telah menulis dua
ratus buku sepanjang hidupnya yang membahas berbagai subyek antara lain: prosa arab, sastra arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat islam awal, psikologi islam, teologi (ajaran) Mu'tazilah dan polemik dalam politik-agama.
·
Karya - karya Al Jahiz
Kitab al-Hayawan (Buku tentang
Hewan)
Kitab
al-Hayawan adalah sebuah ensiklopedia dari tujuh volume dari tulisan bebas,
penjelasan puitis dan peribahasa menggambarkan lebih dari 350 jenis binatang.
Hal ini dianggap sebagai karya paling penting Al Jahiz.
Dalam
Kitab Al Hayawan, al-Jahiz adalah orang pertama yang mengeluarkan ide bahwa
habitat hewan mempengaruhi kehidupan dan bentuknya, yang mana dikemudian hari
hal ini menjadi teori dasar dari pembentukan Teori Evolusi Darwin dan merupakan
hal yang tidak dapat dijawab oleh Charles Darwin).
Kitab al-Bukhala (Kitab Misers atau
keserakahan & ketamakan)
Kumpulan
cerita tentang serakah. Humoris dan menyindir, itu adalah contoh terbaik dari
gaya prosa Al-Jahiz '. Kitab ini mencerminkan penelitian mendalam dari seorang
manusia psikolog. Jahiz menertawakan guru-guru sekolah, pengemis, penyanyi dan
ahli-ahli Taurat untuk perilaku serakah mereka. Banyak cerita dari buku ini
yang terus dicetak ulang dalam majalah di seluruh dunia yang berbahasa Arab.
Buku ini dianggap sebagai salah satu karya terbaik Al Jahiz.
Kitab al-Bayan wa al-Tabyin (Buku kefasihan dan Penjelasan)
Al bayan wa tabyeen yang secara
harfiah berarti Fasih dan Penjelasan, adalah salah satu karya terakhirnya, di mana ia mendekati berbagai mata
pelajaran, seperti pengalaman luar biasa, pidato retoris, pemimpin sektarian,
pangeran, serta memberikan perlakuan sinis dan gila dari orang bodoh. Hal ini juga
melahirkan sebuah buku di mana ia menyatukan keterampilan dan kefasihan
bahasanya , seni keheningan dan seni puisi.
6.
AL
KARAJI, SANG PELOPOR MESIN AIR
Al
Karaji atau dikenal dunia sebagai al Karkhi merupakan ilmuwan Muslim yang hidup
di awal abad 8M. Beliau merupakan seorang ilmuwan yang menguasai bidang hidrologi. Penguasaan di
bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air bersih, pengendalian
gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi hidrologi. Teknologi pengeolaan
yang dikenalkan al Karaji merupakan metode pengelolaan air yang canggih yang
membuat pasokan air di kota-kota modern Islam tetap
melimpah sehingga perkembangan kota tetap pesat.
Dalam
kitab yang berjudul Inbat al-miyah
al-khafiya, al-Karaji menjelaskan beragam penemuannya mengenai aquifers, survei sumur gali dan membangun
kanal bawah tanah. Buku itu ditulisnya sekitar tahun 1.000 M di Persia –
sekarang antara Irak atau Iran.
Meski
begitu, al-Karaji diyakini telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
peradaban Islam dan umat manusia saat tinggal di Baghdad. Risalah pentingnya dalam aljabar telah
didedikasikan kepada wazir Fakhr al-Mulk, menteri Baha'al-Dawla, penguasa
Dinasti Buwaih di Baghdad (wafat 406 H/1015 M).
Al-Karaji
dianggap sebagai ahli matematika terkemuka
dan pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi
geometris yang merupakan produk
aritmatika Yunani dan menggantinya
dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini.
Karyanya
pada aljabar dan polynomial memberikan aturan pada operasi aritmatika untuk
memanipulasi polynomial. Dalam karya pertamanya di Prancis, sejarawan
matematika Franz Woepcke (dalam Extrait
du Fakhri, traite d'Algèbre par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi, Paris,
1853), memuji Al-Karaji sebagai ahli
matematika pertama di dunia yang memperkenalkan teori aljabar kalkulus
7.
Al- Khawarizmi,
PENEMU ALGORITMA
Al-Khawarizmi
adalah penemu algoritma, kata algoritma sendiri mempunyai sejarah yang unik,
karena orang yang menemukan kata algorism yang berarti proses menghituung
dengan angka arab. Seseorang yang dikatakan ‘Algorist’ jika menggunakan
penghitungan dengan angka arab. Algoritme sendiri dapat diartikan sebagai
langkah- langkah logis untuk penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis
dan logis. Tapi algoritma ini umumnya digunakan dalam ilmu komputer
Penemu konsep algoritma dan aljabar ini adalah seorang
ahli dalam matematika dari Uzbekistan yang bernama Abu Abdullah Muhammad Ibn
Musa al-Khwarizmi. Khwarizmi sering dikenal sebagai orang yang memperkenalkan
konsep algoritma dalam matematika, konsep ini diberikan nama berdasarkan nama
belakangnya.
8.
AL
MAWARDI, PENCETUS TEORI POLITIK ISLAM
Di
masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, khazanah intelektualisme mengalami kemajuan
yang sangat berarti. Bahkan sebagian kalangan menilai, zaman itu sebagai salah
satu tonggak kebangkitan peradaban Islam dan keemasan keilmuan. Salah satu
tokoh ilmuwan dan pelopor kemajuan itu adalah Al Mawardi.
Sejarah
Islam mencatat Al Mawardi sebagai pemikir dan peletak dasar keilmuan politik
Islam. Tokoh yang pernah menjadi qadhi (hakim) dan duta keliling khalifah ini
juga menjadi penyelamat berbagai kekacauan politik di negaranya, Basrah (kini
Irak). "Al Khatib of Baghdad" tulis seorang orientalis.
9.
Al- Muqaddasi,
'PENGGAMBAR' DUNIA
Al- Muqaddasi ini adalah seorang yang ahli dalam
menggambar. Gambaran dari Al- Muqaddasi sangat terkenal di dunia, dan sering
dikenal sebagai ‘ Penggambar Dunia’. Salah satu cotoh gambaran Al- Muqaddasi
adalah gambaran detai (tempat dan letak geografis) mengenai sebuah negeri atau
wilayah yang begitu penting bagi manusia yang pada saat itu peralatan dan
komunnikasi belum secanggih sekarang. Al- Muqaddasi ini juga menulis mengenai
adat istiadat, aktivita perdagangan, maupun mata uang yang berlaku disebuah
negara. Dengan tulisan Al- Muqaddasi inni dapat membantu manusia dengan
kehidupan- kehidupan yang ada di negara lain. pada saat itu manusia bukan hanya
bisa membaca saja tetapi, juga bisa melihat dengan sebuah gabar yang telah
digambar oleh Al- Muqaddasi.
10.
Al- Razi,
RUJUKAN ILMU BEDAH
Al- Razi adalah seorang ahli rujukan ilmu bedah, Al-
Razi seorang tokoh ilmuwan islam yang sering dipanggil Al- Razi adalah orang
pertama membuat jahitan pada perut dengan benang dibuat dari serat. Al- Razi
ini juga orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar dengan
campak. Al- Razi ini juga dikenal sebagai guru dari ilmuwan di bidang
kedokteran yang sangat terkenal di dunia.
11.
Al- Zahrawi,
BAPAK ILMU BEDAH MODERN
Al-
Zahrawi adalah dikenal sebagai bapak ilmu bedah modern. orang- orang barat
mengenalnya sebagai abulcasis. Al- Zahrawi, seorang dokter bedah yang sangat
fenoenal. Karya dan hasil pemikirannya banyak diadopsi para dokter di dunia
barat. Prinsip- prinsip ilmu kedokteran ini diambil dari pendidikan kedokteran
di Eropa.
Al-Zahrawi
telah menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam kitab Al-Tasrif, ‘bapak ilmu
bedah’ itu memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Menurut
catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menemukan 26 peralatan bedah seperti
catgut, alat yang digunakan untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih
digunakan ilmu bedah modern, forceps untuk mengangkat janin yang meninggal.
Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggunaan ligature (benang
pengikat luka) untuk mengontrol pendarahan arteri. Jarum bedah ternyata juga
ditemukan dan dipaparkan secara jelas. Peralatan penting untuk bedah yang
ditemukannya itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok
bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan
specula. Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk
memeriksa dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan
serta alat untuk memeriksa telinga. Kontribusi bagi dunia kedokteran tetap
dikenang dunia.
12. AS-SHAKAWI, PELETAK
DASAR ILMU SEJARAH ISLAM
Abu al-Khair Muhammad bin Abdurrahman
bin Muhammad bin Abi Bakr bin Usman asy-Syakhawi al-Qahiri asy-Syafi'i dan
lahir sekitar tahun 1427 di Kairo.
Kepakarannya mulai diakui publik pada pertengahan 1400-an. Ulama ini
dikenal sebagai seorang ahli hadis, sejarawan besar pada zamannya serta penulis
yang produktif. Dari kakeknya, ayah dan Ibnu Hajar itulah, As-Shakawi
memperoleh bekal ilmu pendidikan. Tahun 1449 Ibnu Hajar al-Asqalani meninggal
dunia dan itu sangat memukul as-Shakawi,
dia tetap tinggal di Mesir serta melanjutkan pendidikannya pada bidang
ilmu hadis. Sekitar tahun 1452 pergilah ia ke tanah suci Makkah guna menunaikan
ibadah haji. Tercatat sebanyak lima kali dia menunaikan ibadah haji dengan yang
terakhir ialah tahun 1492. Dan setiap kali berhaji, tokoh ini selalu bermukim
beberapa waktu di Makkah, sesudah itu kembali ke Mesir untuk mengajar hadis di
beberapa madrasah di ibukota Kairo. Pada masa-masa tersebut As-Shakawi mulai
rajin menulis. Saat ditugaskan untuk memberi pelajaran sejarah pada Sultan
Dinasti Mamluk, Qait Bey (1468-1496), setiap dua malam dalam seminggu, ia
menolak. Sebagai seorang penulis yang produktif, As-Shakawi meninggalkan banyak
karya, antara lain Ad-Dau' al-Lami fi A'yan al-Qarn at-Tasi (Cahaya Gemerlap
tentang Tokoh-tokoh abad ke-9 H), berisi 12 jilid. Buku ini merupakan kamus
yang memuat tokoh-tokoh terkenal abad ke-9 H, disusun secara alfabetis Arab.
Bukunya yang berjudul Al-I'lan bi at-Taubikh li Man Zamma Ahl at-Tawarikh pada
intinya menerangkan pengertian ilmu tarikh dan kedudukan ilmu ini bagi
masyarakat, adalah sebuah buku yang demikian terkenal dalam bidang
historiografi. Melalui karya tersebut, dapat dikatakan bahwa as-Shakawi telah
meletakkan monumen penting bagi historiografi Islam. Kitab ini juga merupakan
makalah panjang tentang kritik sejarah. Dengan segala kekurangannya, buku ini
ia tulis setelah melakukan sejumlah penelitian mendalam berkenaan penulisan
sejarah. Karya ini banyak memberikan informasi tentang karya-karya sejarah dan
teologi serta sedikit tentang karya sejarah yang disebut sebagai sejarah umum.
13. IBN HAITHAM, BAPAK
ILMU OPTIK
Sejarah
optik mencatat, Ibn Haitham sebagai bapak ilmu optik yang mengurai bagaimana
kerja mata 'mencerna' penampakan suatu obyek. Nama lengkap ilmuwan ini Abu Al
Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam
bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia juga
banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham
kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan
mikroskop serta teleskop. Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (Bahasa
Arab:ابو علی، حسن بن حسن بن الهيثم) atau Ibnu Haitham (Basra,965 - Kairo 1039),
dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen. Dia lahir
di Basrah pada tahun 965 Masehi atau 354 Hijriah. Belajar yang dilakukannya
secara otodidak justru membuatnya menjadi seorang yang mahir dalam bidang ilmu
pengetahuan, ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat.
Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan penting dalam bidang
penelitian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah
menjadi asas bagi kajian dunia modern mengenai pengobatan mata. enelitiannya
mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger,
Bacon, dan Kepler menciptakan mikroskop serta teleskop. Dialah orang pertama
yang menulis dan menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya. Beberapa buah
buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, antaranya adalah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak
membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari
serta bayang-bayang dan gerhana. Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu
udara sebelum seorang ilmuwan bernama Tricella mengetahui hal tersebut 500
tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menengarai perihal gaya gravitasi bumi
sebelum Issac Newton mengetahuinya. Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak
menulis mengenai filsafat, logika, metafisika, dan persoalan yang berkaitan
dengan keagamaan. Penulisan filsafatnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran
dalam masalah yang menjadi pertikaian. Dia juga berpendapat bahwa kebenaran
hanyalah satu. Ibnu Haitham, filsafat tidak dapat dipisahkan dari ilmu
matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus
dikuasai. Banyak buku yang dihasilkannya dan masih menjadi rujukan hingga saat
ini. Di antara buku-bukunya itu adalah Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang
mengandung teori-teori ilmu matemetika dan matemetika penganalisaan; 1. Kitab
al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri; 2. Kitab Tahlil ai'masa'il al
'Adadiyah tentang aljabar; 3. Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang
mengupas tentang arah kiblat; 4. Maqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan
geometri dalam urusan hukum syarak; dan 5. Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai
teknik penulisan puisi. Walaupun menjadi orang terkenal di zamannya, namun Ibnu
Haitham tetap hidup dalam kesederhanaan. Ia dikenal sebagai orang yang miskin
materi tapi kaya ilmu pengetahuan.
14. IBNU SINA, BAPAK
KEDOKTERAN MODERN
Abu
'Ali al-Husain bin' Abd Allāh bin Sīnā ', yang dikenal sebagai Abu Ali
Sina(Arab : ابوعلی سینا) atau Ibnu Sina (Arab : ابن سینا) atau barat
mengenalnya dengan nama Latin Avicenna (Yunani: Aβιτζιανός), (lahir c. 980
dekat Bukhara (kini wilayah Uzbekistan) meninggal 1037 di Hamedan (kini wilayah
Iran). Beliau adalah seorang kebangsaan Persia yang ahli matematikawan, dokter,
ensiklopedis dan filsuf yang tekenal dizamannya. Beliau juga seorang astronomi,
apoteker, ahli geologi, logician, paleontologist, fisika, penyair, psikolog,
ilmuwan, tentara, negarawan, dan guru. Ibnu Sīnā telah menulis hampir 450 karya
dengan berbagai disiplin ilmu, namun hanya sekitar 240 yang masih bertahan
hingga kini. Secara khusus, dari 150 karyanya yang masih ada berkonsentrasi pada
falsafah dan 40 diantaranya berkonsentrasi pada kedokteran. Karyanya paling
terkenal adalah Buku Penyembuhan, yang memuat ensiklopedi luas dan filosofis
ilmiah (Al Qanun Al Tibb) The Canon of Medicine, yang merupakan standar medis
di banyak perguruan tinggi zaman modern. The Canon of Medicine telah digunakan
sebagai buku teks di perguruan tinggi dari Montpellier dan Louvain pada akhir
1650. Ibnu Sīnā mengembangkan sistem medis yang menkombinasikan antara
pengalaman pribadi dalam pengobatan Islam, sistem pengobatan Yunani dokter
Galen, metafisika Aristoteles serta berbagai sistem pengobatan kuno dari
Persia, Mesopotamian dan India. Dia juga penemu dari logika Avicennian dan
pendiri sekolah filosofis Avicinna, yang memiliki pengaruh dalam dunia Muslim
dan Ilmuwan Modern. Ibnu Sīnā dianggap sebagai Bapak dari pengobatan modern,
dan pharmacology khususnya untuk pengenalan sistematis eksperimen dan hitungan
ke dalam studi fisiologi, penemuan itu menular dari sifat infeksius penyakit,
pengenalan karantina untuk membatasi penyebaran penyakit menular, pengenalan
percobaan obat-obatan, berdasarkan bukti-obat, uji klinis, Riwayat Ibnu Sina
Kehidupan Ibnu Sina dikenal lewat sumber - sumber berkuasa dimana sebuah
autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya
didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan
temannya. Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana,
sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Dia
mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran,
tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri,
menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh
predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa
"Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti
matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya
menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat
- obat yang sesuai." Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat,
dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran. Pada usia 17 tahun, Ibnu
Sina berhasil menyembuhkan seorang raja di Bukhara, yaitu Nooh Ibnu Mansoor,
setelah semua tabib terkenal yang diundang gagal menyembuhkan sang raja
tersebut. Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit
maag yang kronis. Ia wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah. Pemikiran
Ibnu Sina Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab
al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang
massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq,
matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai
buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu
alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi
bahan telaah. Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama
beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini
mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam
penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12
masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis
dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode
pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di
universitas-universitas Eropa. Ibnu juga memiliki peran besar dalam
mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan
menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu
Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan
panas kepada khazanah keilmuan dunia. Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya
tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah
bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung.
Pembahasan ini sungguh menarik. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari
pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan
pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau
membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai
maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan
‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting.
Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat
paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran
Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari
faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran
iluminasi. Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan
telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga
merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang
hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis
penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis
utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia mengenal pandangan dan pemikiran
filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina.
Ibnu
Sina juga telah memperkembangkan ilmu psikologi dalam perubatan dan membuat
beberapa perjumpaan dalam ilmu yang dikenali hari ini sebagai ilmu perubatan
psikosomatics "psychosomatic medicine". Beliau memperkembangkan ilmu
diagnosis melalui denyutan jantung (pulse diagnosis) untuk mengenal pasti dalam
masa beberapa detik sahaja ketidak - seimbangan humor yang berkenaan. Seorang
doktor tabii dari Amerika (1981) melapurkan bahawa para hakim di Afghanistan,
China, India dan Parsi sanggat berkebolehan dalam denyutan jantung di tempat
yang dirasai tetapi mutunya yang pelbagai .Ini merangkumi :
• Kuat atau denyutan yang lemah.
• Masa antara denyutan.
• Kandungannya lembap di paras kulit
dekat denyutan itu dan lain-lain lagi.
Karya
Ibnu Sina
Buku-buku
yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina, dihimpun dalam buku besar Essai de
Bibliographie Avicenna yang ditulis oleh Pater Dominician di Kairo dan diantara
beberapa karya Ibnu Sina ialah :
1. Qanun fi Thib (Canon of Medicine) (Terjemahan
bebas : Aturan Pengobatan)
2. Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi
tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
3. An Nayyat (Book of Deliverence) buku tentang
kebahagiaan jiwa.
4.
Al-Majmu : berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap, di tulis saat berusia 21
tahun di Kawarazm
5. Isaguji (The Isagoge) ilmu logika Isagoge :
Bidang logika
6.
Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang
pembahagian ilmu-ilmu rasional.
7. Ilahiyyat (Ilmu ketuhanan) : Bidang
metafizika
8. Fiad-Din yang telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin menjadi "Liber de Mineralibus" yakni tentang pemilikan
(mimeral).
9. Risalah fi Asab Huduts al-Huruf : risalah
tentang sebab-sebab terjadinya huruf - Bidang sastera arab
10. Al-Qasidah al- Aniyyah : syair-syair tentang
jiwa manusia - Bidang syair dan prosa
11. Risalah ath-Thayr : cerita seekor burung. -
Cerita-cerita roman fiktif
12. Risalah as-Siyasah : (Book on Politics) –
Buku tentang politik - Bidang politik
13. Al Mantiq, tentang logika. Buku ini
dipersembahkan untuk Abu Hasan Sahil.
14.
Uyun Al Hikmah (10 jilid) tentang filsafat. Ensiklopedi Britanica menyebutkan
bahwa kemungkinan besar buku ini telah hilang.
15. Al Hikmah El Masyriqiyyin, tentang filsafat
timur.
16. Al Insyaf tentang keadilan sejati.
17. Al Isyarat Wat Tanbihat, tentang prinsip
ketuhanan dan kegamaan.
18. Sadidiya, tentang kedokteran.
19. Danesh Nameh, tentang filsafat.
20. Mujir. Kabir Wa Saghir, tentang dasar-dasar
ilmu logika secara lengkap.
21. Salama wa Absal, Hayy ibn Yaqzan,
al-Ghurfatul Gharabiyyah (Pengasingan di Barat)
15.
IBNU KHALDUN, BAPAK SOSIAL POLITIK
Lahir
di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H/27 Mei 1332 dengan nama Abdurrahman bin
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan bin Jabir bin Muhammad bin
Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibnu Khaldun. Moyangnya berasal dari Hadramaut,
Yaman, yang berimigrasi ke Sevilla, Andalusia (Spanyol). Namun keluarganya
harus pindah ketika Sevilla dikuasai oleh Kristen.
Khaldun
berasal dari keluarga intelektual, yang sedikit tertarik dengan persoalan
politik. Ia biasa berjumpa dengan tokoh intelektual dari Afrika Utara dan
Spanyol yang sebagian besar adalah pengungsi dari kekhalifahan timur.
Pendidikannya
dilalui di Tunisia dan Fez (Maroko) dengan mempelajari berbagai ilmu: menghafal
Al-Quran, mempelajari tata bahasa, hukum Islam (syariah), hadis, retorika,
filologi, dan puisi. Selain itu, ia mempelajari sastra Arab, filsafat,
matematika dan astronomi. Khaldun sangat terlibat dengan politik. Ismail Faruqi
mencatat, "Ibnu Khaldun tepat sekali masuk ke dalam lingkungan ini,
seakan-akan tidak hanya dilahirkan dalam lingkungan ini, namun juga untuk
lingkungan ini."
Kariernya
di bidang politik membawanya keluar masuk istana, baik sebagai pemenang maupun
pecundang. Usia mudanya dihabiskan sebagai pendamping, penasihat sultan serta
menduduki aneka jabatan. Pada umur 19 tahun, ia mulai mengabdi pada Ibnu
Tafrakin, penguasa Tunis. Ketika Abu Ziad, penguasa Constantine menyerang dan
mengalahkan Tunisia, Khaldun melepaskan diri ke Aba, lalu berpindah ke Aljazair
dan menetap di Biskra.
Kariernya
menanjak saat ia membantu Sultan Abu Salem dalam menjatuhkan Al-Mansur, musuh
politiknya. Ia diberi jabatan sekretaris selama lebih dari dua tahun, lalu
ditugaskan sebagai kadi (hakim). Sultan Abu Salim tak lama kemudian dijatuhkan
oleh Wazir Omar. Gagal mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan yang baru, Ibnu
Khaldun meninggalkan Fez dan pergi ke Andalusia.
Ibnu Khaldun Dalam Karya
Ibnu
Khaldun memetakan masyarakat dengan interaksi sosial, politik, ekonomi, dan
geografi yang melingkupinya. Pendekatan ini dianggap menjadi terobosan yang
sangat signifikan. Menurutnya, organisme dapat tumbuh dan matang, karena
sebab-sebab nyata yang mempengaruhinya.
Pengaruh
itu universal dan pasti. Tak ada kebetulan dalam sejarah sosial kecuali sebab
dan akibatnya semata, sebagian jelas dan diketahui, sebagian lagi tidak.
Formasi masyarakat, pikiran yang dituangkan dalam karya besarnya, Muqaddimah,
misalnya, dikatakan sebagai hasrat manusia untuk berkumpul, bersaing, lalu
memperebutkan kepemimpinan. Mereka diikat dengan solidaritas ashabiyah
(ungkapan pra-Islam) yang diarahkan oleh para pimpinannya. Ia memperkirakan
bahwa solidaritas itu berlangsung empat generasi.
Model
ini menempatkan Ibnu Khaldun sebagai penganut teori siklus sejarah. Masyarakat
lahir, tumbuh, berkembang, lalu mati untuk diganti dengan yang lain. Demikian
seterusnya. Karyamonumentalnya itu juga berisi klasifikasi ilmu pengetahuan
yang coba disusunnya. Ia membedakan ilmu yang dipelajari; pertama ilmu filsafat
dan intelektual (bisa dipelajari melalui akal dan intelejensi); kedua, ilmu
yang ditransmisikan (disampaikan, hanya bisa disampaikan lewat mata rantainya
yang berakhir pada pendirinya, biasanya ilmu agama dan Wahyu Illahi).
Dalam
konteks ini ilmu filsafat masuk dalam ilmu-ilmu agama dan humanisme. Khaldun
menegaskan bahwa ilmu filsafat dan intelektual terbagi ke dalam berbagai
bidang: logika; ilmu alam atau fisika, ilmu metafisika, ilmu yang berkaitan
dengan kuantitas (misal geometri, aritmetika, musik, astronomi).
Sementara
ilmu yang ditransmisikan seperti: Al-Quran; hadis; syariah; teologi; sufisme;
ilmu bahasa [linguistik seperti tata bahasa, leksikografi, dan kesusasteraan).
Selain Muqaddimah, ia juga menulis kitab Al I'bar yang memuat sejarah Arab,
penguasa Islam dan Eropa di zamannya, sejarah kuno Arab, Yahudi, Yunani,
Romawi, Persia, sejarah Islam, sejarah Mesir dan Afrika Utara; khususnya suku
Barber dan suku yang berdekatan lainnya. Kitab ini memuat tiga bab, pertama
memuat karya monumentalnya, yakni Al Muqaddimah.
16.
JABIR IBNU HAYYAN, PENEMU ILMU KIMIA
Adalah
Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan
dan mengenalkan disiplin ilmu kimia tadi.
Lahir
di kota peradaban Islam klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal
dengan namaIbnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber.
Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal sebagai 'syuhada' demi penyebaran
ajaran Syi'ah. Jabir kecil menerima pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid
Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah
berguru pada Barmaki Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al
Rasyid.
Ditemukannya
kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai
dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum.
"Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab
memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia," tulis sejarawan
Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya ini pula,
Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Dalam
karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus. Pada
masamasa inilah, ia banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru di
sekitar kimia. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya itu, sempat beberapa kali
ia mengadakan penelitian soal kimia. Namun, penyelidikan secara serius baru ia
lakukan setelah umurnya menginjak dewasa.
Dalam
penelitiannya itu, Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen
yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan
hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri uraiannya
pada setiap eksperimen. Antara lain dengan penjelasan : “Saya pertamakali
mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga
sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam “.
Dari
Damaskus ia kembali ke kota kelahirannya, Kuffah. Setelah 200 tahun
kewafatannya, ketika penggalian tanah dilakukan untuk pembuatan jalan,
laboratoriumnya yang telah punah, ditemukan. Di dalamnya didapati peralatan
kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat.
Teori
Jabir
Pada
perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong,
peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi,
penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan,
pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Khusus
menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi, Jabir
menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus
dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna,
yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan, dan penghabluran.
Setelah
itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar
logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya,
Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode
inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai
renaissance dunia Barat.
Namun
demikian, Jabir tetap saja seorang yang tawadlu' dan berkepribadian
mengagumkan. "Dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir memperkenalkan
eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki ketidakjelasan spekulasi
Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan tekun mengumpulkan fakta. Berkat
dirinya, bangsa Arab tidak mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesa yang
wajar," tulis Robert Briffault.
Menurut
Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang dilakukan oleh para
metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan logam dengan berbagai
campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses pembuatan emas. Proses
demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan menjadi monopoli perguruan
tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke dalam formula mistik biasa, di
tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui
penyelidikan, dan diorganisasikan dengan bersemangat.
Terobosan
Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, hidroklorik,
asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen sistematis
ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi
kehormatan sebagai 'Bapak Ilmu Kimia Modern' oleh sejawatnya di seluruh dunia.
Dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar
pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karyakarya
Jabir Ibnu Hayyan..
Seluruh
karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang
sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir mencakup penguraian
metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi yang
diketahui pada zamannya. Di antara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al
Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul Summa Perfecdonis.
Dalam
bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan
unsur-unsurnya:
1. Air (spirits), yakni yang mempengaruhi
penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan
amonium klorida,
2. Metal, seperti pada emas, perak, timah,
tembaga, besi, dan
3. Bahan campuran, yang dapat dikonversi
menjadi semacam bubuk.
Sampai
abad pertengahan risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia --termasuk kitabnya
yang masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab Al Sab'een, telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh
ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul The Book of the
Composition of Alchemy. Sementara buku kedua Kitab Al Sab'een, diterjemahkan
oleh Gerard Cremona.
Karya
lainnya yang telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab al Tajmi, Al
Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of
Balance (ketiga buku terakhir diterjemahkan oleh Berthelot). "Di dalamnya
kita menemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai metode riset
kimia," tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan
modern pantas 'berterima kasih' padanya.
17.
IBNU AL BAITAR, AHLI TUMBUHAN OBAT
Nama
lengkapnya Abu Muhammad Abdallah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din
al-Malaqi. Namun salah satu ilmuwan Muslim terbaik yang pernah ada ini lebih
dikenal sebagai Ibnu Al-Baitar. Dia dikenal sebagai ahli botani (tetumbuhan)
dan farmasi (obat-obatan) pada abad pertengahan. Dilahirkan pada akhir abad 12
di kota Malaga (Spanyol), Ibnu Al-Baitar menghabiskan masa kecilnya di tanah
Andalusia tersebut.
Minatnya
pada tumbuh-tumbuhan sudah tertanah semenjak kecil. Beranjak dewasa, dia pun
belajar banyak mengenai ilmu botani kepada Abu al-Abbas al-Nabati yang pada
masa itu merupakan ahli botani terkemuka. Dari sinilah, al-Baitar pun lantas
banyak berkelana untuk mengumpulkan beraneka ragam jenis tumbuhan.
Tahun
1219 dia meninggalkan Spanyol untuk sebuah ekspedisi mencari ragam tumbuhan.
Bersama beberapa pembantunya, al-Baitar menyusuri sepanjang pantai utara Afrika
dan Asia Timur Jauh. lokasi utama yang pernah disinggahi antara lain Bugia,
Qastantunia (Konstantinopel), Tunisia, Tripoli, Barqa dan Adalia.
Setelah
tahun 1224 al-Baitar bekerja untuk al-Kamil, gubernur Mesir, dan dipercaya
menjadi kepala ahli tanaman obat. Tahun 1227, al-Kamil meluaskan kekuasaannya
hingga Damaskus dan al-Baitar selalu menyertainya di setiap perjalanan. Ini
sekaligus dimanfaatkan untuk banyak mengumpulkan tumbuhan. Ketika tinggal
beberapa tahun di Suriah, Al-Baitar berkesempatan mengadakan penelitian
tumbuhan di area yang sangat luas, termasuk Saudi Arabia dan Palestina, di mana
dia sanggup mengumpulkan tanaman dari sejumlah lokasi di sana.
Sumbangsih
utama Al-Baitar adalah Kitab al-Jami fi al-Adwiya al- Mufrada. Buku ini sangat
populer dan merupakan kitab paling terkemuka mengenai tumbuhan dan kaitannya
dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan para ahli tumbuhan dan
obat-obatan hingga abad 16. Ensiklopedia tumbuhan yang ada dalam kitab ini
mencakup 1.400 item, terbanyak adalah tumbuhan obat dan sayur mayur termasuk
200 tumbuhan yang sebelumnya tidak diketahui jenisnya. Kitab tersebut pun
dirujuk oleh 150 penulis, kebanyakan asal Arab, dan dikutip oleh lebih dari 20
ilmuwan Yunani sebelum diterjemahkan ke bahasa Latin serta dipublikasikan tahun
1758.
Karya
fenomenal kedua Al-Baitar adalah Kitab al-Mughni fi al-Adwiya al-Mufrada yakni
ensiklopedia obat-obatan. Obat bius masuk dalam daftar obat terapetik. Ditambah
pula dengan 20 bab tentang beragam khasiat tanaman yang bermanfaat bagi tubuh
manusia. Pada masalah pembedahan yang dibahas dalam kitab ini, Al-Baitar banyak
dikutip sebagai ahli bedah Muslim ternama, Abul Qasim Zahrawi. Selain bahasa
Arab, Baitar pun kerap memberikan nama Latin dan Yunani kepada tumbuhan, serta
memberikan transfer pengetahuan.
Kontribusi
Al-Baitar tersebut merupakan hasil observasi, penelitian serta
pengklasifikasian selama bertahun-tahun. Dan karyanya tersebut di kemudian hari
amat mempengaruhi perkembangan ilmu botani dan kedokteran baik di Eropa maupun
Asia. Meski karyanya yang lain yakni kitab Al-Jami baru diterjemahkan dan
dipublikasikan ke dalam bahasa asing, namun banyak ilmuwan telah lama
mempelajari bahasan-bahasan dalam kitab ini dan memanfaatkannya bagi
kepentingan umat manusia.
18.
YAQUT AL HIMAWI , AHLI SEJARAH DAN GEORAFI
Yaqut
ibn-'Abdullah al-Rumi al-Hamawi - ياقوت الحموي الرومي (1179-1229 M) adalah
seorang biografer dan ahli geografis erkebangsaan syria yang hidup antara 1179 hingga 1229 M. Kata
"al-Rumi" ("from Rûm") dalam namanua ialah mengacu pada Yunani
(Byzantium - Rumawi Timur) karena beliau berdarah Yunani. Sedang
"al-Hamawi" berarti Hama - Syria, kota yang membuatnya terkenal. Dan
Yaqut sendiri berarti batu permata.
Yaqut
pernah menjalani kehidupan sebagai seorang budak. Saat itu, berkecamuk
perebutan kekuasaan antara Kerajaan Seljuk dan Byzantium. Banyak orang yang
kemudian ditangkap dan dijual kepada orang kaya sebagai budak.
Saat
itu, Yaqut jatuh ke tangan seorang pedagang buku dari Baghdad. Namun, pedagang
tersebut akhirnya membebaskan Yaqut dan memberinya pendidikan yang memadai.
Namun, ia juga masih terus ikut bersama pedagang tersebut, ia menjadi
sekretaris mantan tuannya.
Pada
1218, Yaqut pindah ke Khiva dan Balkh. Namun, ini merupakan saat yang salah
baginya untuk pindah. Sebab, pada awal 1220-an, tentara Mongol bergerak ke
wilayah barat. Seluruh wilayah timur Islam dihancurkan.
Hanya
dalam kurun waktu satu tahun, Mongol berhasil menguasai bagian-bagian wilayah
Islam yang subur dan makmur. Kemudian, mereka menghancurkan semua yang
berharga. Anak lelaki Jengiz Khan, Jagtai, menguasai dan menghancurkan Otrar.
Sedangkan,
tentara Jengiz Khan menyerang Bukhara, Samarkand, dan Balkh. Mereka juga
bergerak menuju Khurasan. Merv dan Nishapur akhirnya takluk juga. Dalam
penyerangan itu, Yaqut hampir tertangkap. Namun, akhirnya, ia berhasil lolos
dengan pakaian yang melekat di tubuhnya.
Beruntung,
Yaqut juga berhasil membawa manuskrip-manuskrip yang dimilikinya. Ia bergerak
menyeberangi Persia ke Mosul. Dari Mosul, ia ke Aleppo, Suriah, di mana ia
tinggal di sana. Selama tinggal di sana, ia sempat melancong ke beberapa
tempat, seperti Irak.
Ketertarikan
Yaqut, demikian ia sering dipanggil, membuahkan sejumlah karya dalam bidang
yang kemudian akrab disebut geografi. Paling tidak ada dua karya yang
melambungkan namanya, yaitu Mu’jam al-Udaba atau Kamus Orang-orang Terpelajar.
Sedangkan
buku lainnya yang secara khusus membicarakan tentang bidang yang ia kuasai,
geografi, berjudul Mu’ajam al-Buldan atau Kamus Negara-negara. Dua karya
tersebut memiliki ketebalan hingga 33.180 halaman.
Mu’jam
al-Buldan, merupakan sebuah ensiklopedia geografi yang lengkap, yang memuat
hampir seluruh wilayah yang ada di abad pertengahan dan kejayaan Islam. Dalam
menjelaskan sebuah tempat, Yaqut memasukkan hampir seluruh aspek yang terkait
tempat tersebut.
Yaqut
menguraikan mengenai aspek arkeologi, etnografi, antropologi, ilmu alam,
geografi, dan koordinat dari setiap tempat yang ia jelaskan dalam
ensiklopedianya itu. Bahkan, ia juga memberikan nama untuk setiap kota,
menginformasikan monumen dan bangunan megah di kota itu.
Tak
lupa pula, Yaqut mengisahkan tentang sejarah sebuah tempat, populasi, hingga
figur atau sosok ternama dari tempat atau kota yang ia jelaskan. Untuk
mendapatkan informasi perinci yang ia gunakan dalam ensiklopedianya itu, ia
melangkahkan kakinya ke sejumlah wilayah.
Yaqut
bepergian ke Persia, Arabia, Irak, dan Mesir. Ia sendiri saat itu menetap di
Allepo, Suriah. Ia membangun relasi dan pertemanan dengan para ahli geografi
dan sejarawan. Ia mengorek kumpulan fakta dari mereka dan juga para pelancong.
Namun,
hal yang paling penting dan ini menjadi ruh dalam ensiklopedianya itu, ia
menuliskan fakta-fakta yang dikumpulkan dari perjalanan-perjalanan yang ia
lakukan sendiri dan dari orang yang ia temui saat ia melakukan sebuah
perjalanan.
Selain
itu, Yaqut juga sepenuhnya memahami dengan beragam konsep para ahli geografi
Muslim sebelumnya bahwa mereka tak hanya menguasai geografi, tetapi juga
mengaitkannya dengan sejumlah bidang ilmu lainnya. Seperti, matematika dan
fisika.
Semua
itu, Yaqut tuangkan pula dalam karyanya. Bahkan, dalam bab pendahuluan di dalam
ensiklopedianya itu, ia terlebih dahulu membahas mengenai istilah yang ia
gunakan dalam karyanya itu dan istilah-istilah geografi yang tersebar di
dalamnya.
Untuk
melengkapi dan memperkaya data, Yaqut memanfaatkan hasil kerja dari
ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Namun, ia bersikap kritis terhadap data-data yang
ia gunakan. Ia melakukan koreksi atas data yang ingin ia gunakan jika memang
diperlukan.
Yaqut
sangat berpegang pada akurasi dan ketelitian informasi. Tak heran jika dalam
laman Muslimheritage, disebutkan bahwa Mu’jam al-Buldan hingga sekarang
dianggap sebagai sumber referensi yang sangat bagus.
Dalam
karyanya itu, Yaqut juga melihat adanya hubungan erat antara geografi dan
sejarah. Ia menekankan pula peran ortografi atau sistem penulisan dari
tempat-tempat yang ia gambarkan dalam karya ensiklopedianya itu.
Selain
itu, pengaturan alfabet dalam karyanya, merupakan upaya untuk memberikan ejaan
yang tepat mengenai nama-nama tempat, posisi geografisnya, batas, pegunungan,
padang pasir, laut, dan pulau-pulau yang ada di suatu tempat.
Yaqut
juga menyematkan nama pada setiap tempat, nama aslinya, termasuk anekdot, dan
fakta-fakta penting lainnya yang terkait tempat yang ia jelaskan itu. Ia
memberikan catatan pula, para penulis terdahulu tak memiliki perhatian memadai
soal ketepatan ejaan sebuah tempat.
Tak
hanya itu, Yaqut juga menilai mereka menyebutkan lokasi yang tepat mengenai
sejumlah tempat. Ini membuat banyak ilmuwan salah mendapatkan informasi dari
catatan-catatan yang dihasilkan oleh sejumlah ilmuwan terdahulu.
Yaqut
juga menegaskan, karya ensiklopedianya itu tak hanya bermanfaat bagi Muslim
dalam bepergian. Apa yang ia tulis juga terinsipirasi ajaran Alquran. Ia yakin
bahwa karyanya bukan hanya berguna bagi para pelancong, tapi juga bagi para
hakim, teolog, sejarawan, dan dokter.
Dalam
karya lainnya, yang dalam bahasa Inggris berjudul Dictionary of Men of Letters,
Yaqut menuliskan pandangannya. Ia membedakan antara orang terpelajar dengan
ilmuwan. Ia mengatakan, orang terpelajar memilih dari segala bahan kemudian
menyusunnya.
Sedangkan
ilmuwan, ungkap Yaqut, adalah seseorang yang memilih cabang ilmu pengetahuan
tertentu kemudian mengembangkannya. Ia juga menekankan pada kegunaan atau
manfaat. Dalam konteks ini, ia mengutip seorang ilmuwan bernama Ali Ibnu
al-Hasan.
Jika
ilmuwan tak berpikir tentang kegunaan dan hasil kerja, ujar Yaqut, itu akan
menjadi awal bagi terwujudnya manipulasi terhadap ilmu pengetahuan. Dengan persepsinya
itu, ia kemudian menuntaskan Mu'jam al-Udaba.
Di
sisi lain, Yaqut juga berpandangan bahwa ilmu di atas kekuasaan. Ia menuliskan
pandangannya itu dalam Mu'jam al-Udaba, melalui sebuah kisah Khalifah
Al-Mutamid. Suatu pagi, khalifah berjalan di taman dan mengangkat Thabit Ibnu
Qurra dengan tangganya.
Lalu,
Khalifah Al-Mutamid, menjatuhkan Thabit secara perlahan. Dan ini membuat Thabit
bertanya. Ada apa tuan? tanya Thabit. Khalifah pun kemudian menjawab, tanganku
ada di atasmu, namun ilmu pengetahuan lebih tinggi lagi, katanya.
Dalam
karyanya tersebut, Yaqut ingin menjelaskan bahwa dalam persepsi Muslim,
tingkatan ilmu pengetahuan lebih tinggi dibandingkan kekuatan politik.