Minggu, 27 Juli 2014

suku Maya



Sejarah Maya
Tiga periode utama
Praklasik: Sekitar 1500 SM-250 M
Bangsa Maya berasal dari pedesaan didataran rendah Mesoameria, lalu menyebar ke seluruh Yucatan. Pada 1000 SM. Mereka mengubur jenazah disertai dengan tembikar dan perhiasan. Orang-orang Maya awal berada dalam pengaruh bangsa Olmec dari pantai teluk Mexico, yang mungkin mempengaruhi gagasan Maya akan konsep kerajaan. Pada akhir periode praklasik, raja-raja Maya dikubur dimakan yang teratur dan penuh dengan artefak. Bangsa Maya mengembangkan sistem tulisan dengan menggunakan glif pada 300 SM. Pada akhir periode praklasik, kota-kota besar didataran rendah seperti El Mirador dan Tikal dibangun.
Klasik: Sekitar 250-900 M
Periode klsik terkadsng dibagi menjadi klasik awal dan klasik akhir pada sekitar 600 M. Masyarakat Maya membuat pengkhususan pekerjaan dengan adanya para petani, perajin, dan pedagang, dan dinasti kuat yang mendominasi kota-kota seperti Tikal, Copan, dan Palenque. Perdagangan antarkota sudah umum, tetapi begitu pula peperangan. Beberapa kelompok maya mungkin berada dibawah pengaruh Teotihiuacan di Mexico tengah. Pada awal abad ke-9, nampaknya terjadi keruntuhan politik pada kota-kota utama didataran rendah. Pada akhir abad tersebud kota-kota itu ditinggalkan.
Pascaklasik: Sekitar 900-1500 M
Pusat kebudayaan Maya pindah ke Yucatan di utara. Disana gaya klasik terus dipakai oleh kota-kota dataran tinggi seperti Uxmal dan Kabah. Chichen (atau Chichen Itza) adalah kota yang dominan pada abad-abad sekitar tahun 1000 M, dan merefleksikan pengaruh Toltec dari Mexico tengah. Dominasi Chichen lalu digantikan oleh Mayapan sebelum kehancurannya pada 1441. Peradaban Maya bertahan bahkan setelah kedatangan bangsa Spanyol di Yucatan pada 1528, tetapi tidak lagi memiliki kesatuan politik atau kekuatan yang sebanding dengan pecapaian mereka dimasa lalu.



Unsur-unsur kebudayaan Maya Kuno
Sistem Religi
Lebih dari 7 juta keturunan maya hidup di dataran tinggi bagian selatan dari Mexico dan Guetamala, Belize, Semenajung Yukatan, dan bagian barat El Savador dan Honduras. Di kehidupan ini mereka menggabungkan upacara adat kuno dengan ibadah agama katolik roma. Mereka mengunjungi reruntuhan kota leluhur mereka dan mendaki piramid-piramid untuk piknik atau mengadakan perayaan.
Bangsa Maya percaya bahwa leluhur mereka masih merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka hidup di tenggah-tenggah reruntuhan didalam hutan, merayakan upacara di gedung-gedung kuno, bahkan makan makanan yabg sama dengan leluhur mereka. Didalam upacara adat suku maya, raja-raja memasukkan upacara kurban yang tak biasa: raja-raja melukai diri mereka sendiri utuk mempersembahkan darah mereka kepada dewa.
Berdasarkan mural di San Bartolo, memunjukkan bahwa sejak abad pertama SM bangsa maya sudah memiliki gagasan yang jelas mengenai sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan tersebut berupa menyembah terhadap dewa-dewa.
Di Honduras barat, ditemukan kerangka manusia pada suatu pemakaman Maya. Para peneliti memeriksa kerangka manusia tersebut, kerangka yang ditemukan mengenakan pakaian yang tampak mahal dan sangat mengesankan. Dari penemuan tersebut diketahui bahwa makam yang diteliti ialah makam kerajaan seorang raja maya.
Penemuan makam raja maya yang dilakukan para peneliti ini diperkirakan bahwa sang raja berumur lebih dari 50 tahun saat meninggal. Pada kerangka tulangnya dapat dilihat tulang-tulang yang luar biasa cerah dan kemerahan, ini merupakan hal yang tidak biasa. Warna tersebut ditimbulkan oleh suatu zat yang disebut cinnabar, mineral bewarna merah yang dipercaya bangsa maya sebagai sesuatu yang keramat. Mereka melapisi tubuh mayat dengan cinnabar sebelum proses penguburan. Dari temuan makam raja tersebut peneliti mencoba meneliti bentuk tulang dari kerangka tersebut, maka dapat disimpulkan dari bentuknya membuktikan bahwa “raja” itu sebenarnya ratu.
Makam yang ditemukan itu terletak dalam sebuah bangunan yang disebut Margarita. Margarita berdiri di dasar anak bukit yang dikenal akropolis. Akropolis adalah serangkaian monumen yang dibangun di atas monumen lain.
Di kota-kota maya ditemukan lapangan  bola yang berhubungan dekat dengan ritual dan upacara pengurbanan. Lapangan dibentuk seperti huruf I kapital dan dikelilingi barisan kursi penonton. Pada patung dan lukisan menggambarkan para pemain memakai ikat pinggang pelindung dan bantalan lutut siku.
Bangsa maya memberikan persembahan kepada para dewa termasuk kurban manusia. Ilmuan berpendapat bahwa yang dikurbankan itu, adalah tawanan perang. Ada jugaang berpendapat bahwa bangsawan maya mengorbankan darah mereka sendiri dan menindik mereka dengan tulang atau duri.
Temuan selanjutnya ialah makam kerajaan Palenque. Makam tersebut dilihat dinding-dindingnya berkilauan, dan lantainya merupakan lemengan batu yang dipahat.  Tetapi setelah dilakukan penelitian lagi oleh arkeolog, lempeng batu tersebut bukanlah lantai, melainkan penutup peti yang di dalam peti tersebut terdapat kerangka manusia dan barang-barang berharga. Ratusan parang berharga tersebut terbuat dari batu giok, material tersebut yang dihubungkan dengan kerajaan. Setelah dilakukan penelitian bahwa kerangka tersebut adalah Pacal, yang berkuasa di Palenque antara 615-683 M.
Penemuan makam ini merupakan penemuan menakjubkan, karena  makam inilah salah satu makam pertama yang ditemukan dalam bangunan piramida maya. Piramida tersebut dibangun untuk menghormati Pacal. Di lokasi lainya juga ditemukan pemakaman raja-raja serupa. Penguasa-penguasa tersebut bukan hanya sekedar raja, mereka juga dihubungkan dengan para dewa. Para raja dan ratu sering mengiris bagian tubuh mereka dan dipersembahkan untuk para dewa. Keluarga kerajaan merupakan inti dari upacara yang dipercaya dapat membuat dewa bahagia  dan rakyat sejahtera, hal ini dgambarkan pada ukiran-ukiran dan lukisan.
Selanjutnya Gua merupakan sumber air bagi kota-kota dan desa-desa Maya. Namun fungsi mereka lebih dari sekedar sumur. Bagi bangsa Maya , gua-gua tersebut merupakan jalan masuk kea lam baka. Bangsa spanyol yang pernah mengunjungi Maya pada awal abad ke- 16  melaporkan bahwa barang-barang berharga di lemparkan ke dalam cenote ( gua) dan juga manusia yang di jadikan kurban. Mereka merupakan persembahan bagi dewa hujan, Chac, yag di duga tingga di dalam gua itu.


Sistem Bahasa
Para arkeolog Maya kuno mempunyai satu kenyataan bahwa dalam kehidupan bangsa Maya kuno, mereka berbicara dalam banyak bahasa, tetapi mereka hanya memiliki satu sistem aksara. Aksara tersebut mengenali simbol-simbol yang disebut sebagai glif. Glif merupakan aksara yang digunakan bangsa Maya kuno sebagai sistem tulisan pertama yang diciptakan di benua Amerika. Meskipun mereka mempunyai bahasa yang berbeda ketika berbicara, namun bahasa-bahasa mereka berhubungan, tapi tidak terlalu mirip.
Bahasa Maya merupakan suatu rumpun bahasa yang digunakan di Mesoamerika dan Amerika Tengah bagian utara. Bahasa ini digunakan paling tidak oleh 5 juta penduduk asli Maya, terutama di Guatemala, Meksiko, dan Belize. Pada tahun 1996, Guatemala secara formal mengakui 21 nama jenis bahasa Maya dan Meksiko mengakui delapan jenis lainnya.
Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Para peneliti selanjutnya mendapatkan informasi tentang sejarah raja-raja kota yang paling lengkap dalam peradaban maya. Artefak yang dikenal sebagai Altar Q dipahat dengan gambar 16 penguasa-garis raja-raja yang menguasai copan sejak awal 400-an. Dan peneliti percaya bahwa jasad ratu yang ditemukan tersebut bisa jadi merupakan  ibu suri seluruh dinasti penguasa copan, yang diperkirakan ia adalah istri penemu garis kerajaan, K’inich Yax K’uk’ Mo, ia merupakan raja yang terkenal di Copan.
Pada tahun 1997 para arkeolog mengali terowongan ke dalam akropolis , dan menemukan makam keluarga kerajaan pada kedalaman 15 m dibawah rerumputan, dan ditemukan kerangka seorang pria yang dikubur bersama mendali giok/ornamen dada yang terlihat dipakai K’inich Yax K’uk’ Mo di dalam pahatan yang ada di Altar Q.
Copan berdiri di ujung barat dunia peradaban maya, Honduras barat. Di copanalah terdapat kerajaan yang memerintah sekitar 20.000 jiwa. K’inich Yax K’uk’ Mo memperkenalkan copan pada pengaruh dari kota Teotihuacan. Teotihuacan merupakan kota terbesar di Amerika sebelum ditinggalkan penduduknya sekitar  tahun 600. Tanda-tanda pengaruh Teotihuacan ditemukan di sebagian besar ibukota peradaban maya. Banyak temuan yang diperkirakan berasal dari Teotihuacan yang tidak ada diwilayah  Maya.


Sistem Pengetahuan
Kalender Maya merupakan sistem kalender yang disusun oleh sebuah peradaban yang dikenal dengan nama Maya. Kalender ini diciptakan pada masa Baktun ke-6 (sekitar tahun 747-353 SM). Puncak kejayaan peradaban Suku Maya terjadi sekitar tahun 250-900 M. Suku Maya menjadikan kalendernya sebagai acuan dan ukuran dalam menentukan hampir setiap kejadian yang mereka alami. Mereka juga memandang kalendernya sebagai bentuk visual terhadap perjalanan waktu yang menggambarkan bagaimana kehidupan itu berlangsung.
Hingga saat ini setidaknya ada 20 sistem penanggalan Suku Maya dan 15 sistem telah disebarkan ke berbagai tempat untuk dipelajari, sementara 5 sistem lagi masih dirahasiakan oleh para pemangku adat Suku Maya. Ke-15 macam sistem kalender tersebut mencatat pergerakan matahari, bulan, planet-planet yang terlihat, masa panen, dan bahkan siklus kehidupan serangga. Penanggalan Suku Maya yang cukup terkenal adalah Kalender Tzolkin (Tzolk'in) yang berumur 260 hari dan Kalender Haab (Ha’ab) yang berumur 365 hari. Gabungan dari 2 penanggalan ini akan berakhir setelah 52 Haab atau sekitar 52 tahun Kalender Gregorian. Selain itu ada Kalender Hitung Panjang (Long Count) yang berumur 13 Baktun (siklus) atau jika dihitung menurut Kalender Gregorian lebih dari 5.126 tahun, yaitu dimulai pada tanggal 11 Agustus 3114 Sebelum Masehi (Kalender Gregorian) atau 6 September 3113 Sebelum Masehi (Kalender Julian) hingga berakhir pada tanggal 21 Desember 2012 Masehi (Kalender Gregorian). Sistem Perhitungan Panjang ini menggunakan basis perhitungan 20, sedangkan kalender modern saat ini menggunakan basis perhitungan 10. Adapun lama waktu 1 Baktun adalah 144.000 hari.
Sistem Peralatan dan Tekonologi
Jika dilihat dari peninggalan peninggalan-peninggalan suku Maya kuno, yang berupa bangunan-bangunan (piramida dan kuil-kuil), patung-patung, glif, dan altar sekiranya kita dapat merumuskan teknologi yang bagaimana dalam masa-masa tersebut dimungkinkan pada orang-orang Maya kuno sudah mengenal teknologi modern, yaitu sudah mengenal teknologi pahat dan ukiran dalam pembuatan patung-patung, teknik penataan bangunan yang sudah tersusun secara rapi.
Suatu petunjuk terletak hampir 320 km dari copan, didaratan rendah Guatemala utara yang disebut Peten. Pada awal periode klasik, daerah tersebut merupakan pusat kota bangsa maya. Di antara pusat-pusat kota yang berkembang saat itu, ada satu ibukota Maya yang paling berpegaruh : Tikal. Lebih dari 100 arkeolog terbang ke area hutan hujan. Penggalian yang dilakukan arkeolog menemukan lebih dari 500 bangunan di lokasi seluas 65 km persegi yang pernah didiami oleh 45.000 jiwa, temuan ini mempermudah para ahli membuat alur waktu kota tersebut. Pada awalnya sebelum 600 SM, kota tersebut merupakan desa pertanian. Lima ratus tahun kemudian beberapa monument Akropolis Utara digunakan untuk pemakaman. Temuan tulang-tulang disana lebih kuat dari sebagian bangsa maya. Hal tersebut menunjukan bahwa kelas bangsawan yang makanannya lebih sehat dari pada masyarakat kebanyakan.
Pada abad kedua masehi, Tikal telah menjadi pusat kota yang penting. Penduduk Tikal telah mengenal abjad sejak 292 M.
Tikal terus berkembang , berkat hubungannya dengan Teotihuacan, baik melalui perdagangan maupun kekuatan militer. Pada tahun 562, Tikal kalah bertempur dan mengalami kekacauan. Kota-kota lainnya mengalami krisis. Teotihuancan juga dihancurkan, namun kekuasaa Tikal kembali. Pada akhir abad ketujuh, kuil-kuil tikal dibangun sangat megah dari sebelumnya bahkan lebih tinggi dari hutan hujan disekitarnya.
Pada bagian dalam Piramida arkeolog mencoba masuk hingga ke anak tangga terbawah , di dalam ruanga kecil ditemukan penuh dengan batu giok, keramik dan persembahan lain untuk dewa. Kemudian parakeolog merobbohkan dinding setebal 3,5 m di dalamnya terdapat peti batu dengan enam tulang remaja di dalamnya, mereka ini di duga telah di kurbankan. Diperkirakan mereka dibunuh untuk menjaga raja di alam baka.
Bangsa Maya seperti telah mempraktikkan teknik berladang tebang bakar sepanjang sejarah mereka. Tetapi masyarakat di kota-kota mereka tumbuh sangat cepat sehingga metode pertanian tebang bakar saja tidak akan memberikan makanan yang cukup bagi seluruh masyarakat. Para petani harus menemukan cara lain untuk meningkatkan hasil produksi. Salah satunya dengan membangun sengkedan atau undakan datar di sisi bukit. Sistem sengkedan itu memberikan lahan yang lebih banyak untuk tanaman  dan juga membantu mencegah tanah longsor  dari sisi bukit akibat hujan. Bukti adanya bentuk pertaniana lain yang di gunakan orang Maya muncul pada 1960-an. Ahli geografi dari Kanada , Alfred Siemens menggunakan fotografi angkasa untuk mempelajari daerah barat daya Yucatan di Meksiko.
Selain itu di sepanjang lembah sungai berawa, bangsa Maya telah menubah rawa menjadi area pertanian dengan menggali dan menumpuk tanah yang subur untuk membuat petak lahan yang lebih tinggi dari permukaan tanah sebelumnya.  Pada area kering seperti di pantai Yucatan, bangsa Maya menggunakan irigasi untuk pertanian dan juga untuk memberikan persediaan air yang cukup. Ada kanal yang lebarnya 92 m dan panjangnya 115 km
Sistem mata pencaharian
Pada umumnya, bangsa Maya adalah petani, hal itu didasarkan pula pada dewa jagung maya dalam lukisan moral yang ada di San Bartolo. Namun, seiring dengan penemuan arkeolog disepanjang pantai, ternyata bangsa Maya juga merupakan pedagang dan pelaut terlatih.
Catatan kehidupan bangsa maya dapat dilukiskan pada mural-mural di Bonampak.  Mural-mural Bonampak dibuat tahun 791 M. mural tersebut mengambarkan kejadian nyata seorang raja memperkenalkan puteranya kepada masyarakat sebagai penerusnya. Dari temuan mural ini ilmuwan berpendapat bahwa bangsa maya merupakan petani-petani yang hidup damai, serta gambaran kehidupan sosial bangsa maya.
Meskipun berada di pusat kota hutan hujan, kehidupan bangsa Maya bergantng pada pertanian, tetapi tidak selalu di lahan terbuka. Para petani Maya mengolah hutan. Mereka menyiangi gulma hutan atau menebang pohon-pohon untuk membantu pertumbuhan tanaman pangan.   Hutan itu juga didiami binatang-binatang yang diburu untuk dimakan seperti rusa, armadillo, dan burung. Bangsa Maya  tidak memelihara binatang keculi aning, bebek, dan kalkun . semua binatang tersebut di konsumsi. Sumber pangan utama lainnya adalah sungai atau pantai dekat laut. Tulang-tulang dan tumpukan kerang menunjukkan ikan dan kerang  adalah makanan yang paling banyak di konsumsi bangsa maya. Dan tanaman utama bangsa Maya adalah Jagung.
Sistem Kesenian
Bangsa maya menggambarkan suatu kejadian dalam bentuk lukisan-lukisan yang terdapat pada dinding-dinding yang ditemukan oleh para ahli, seperti lukisan yang berasal dari Bonampak yang menggambarkan adegan penguasa kota yang sedang membunuh para tawanan atau pulah mural yang mengambarkan ketika seorang raja mempekenalkan putranya kepada masyarakat sebagai penerusnya.
Selain itu seni memahat batu dan menjadikan glif yang biasa disebut stelae juga sering dilakukan oleh orang-orang bangsa Maya.

suku Aztek Amerika



Pengantar
Suku Astek tiba di Meksiko Tengah dari utara pada abad ke 12. Perlahan mereka membangun kekuatan. Mereka membangun imperium raya mulai pertengahan abad ke 15 dengan sekutu-sekutunya. Pada puncak kejaaannya, imperium itu menguasai suatu daerah yang luasnya 300.000 km2 dan mengumpulkan upeti dari jutaan orang. Ibu kota kekaisaran Aztek adalah Tenochtitlan, dibangun di atas pulau Danau Texcoco. Pulau itu luasnya 10 km2 dan terhubung dengan daratan lewat tiga pematang yang lapang. Bangunan-bangunan di pusat kota diwarnai dengan turap merah, hijau, pirus, dan kuning. Sebuah akuaduk memasok kota itu denan air minum segar sementara banyak perahu membawa makanan dan barang-barang lainnya dari pantai ke pasar-pasar yang ramai. Mexico City dibangun di atas reruntuhan Tenochtitlan (Montezuma II).
Kolonisasi Spanyol di Amerika mencapai daratan selama pemerintahan Kwik tlatoani, (Montezuma II). Dalam 1521 Hernan Cortes dan pasukan sekutu Amerika Indian yang jauh kalah jumlah suku Aztec membela, menaklukkan Aztec melalui perang kuman, pengepungan, perang psikologis, dan memerangi langsung.
Sejarah
            “Aztek” pertama kali digunakan oleh seorang penjelajah abad ke 18 dan menjadi populer pada abad ke-19. “Aztek” berarti oarang-orang Aztlan, yang mengacu pada tanah air milik bangsa Aztek. Namun nyatanya imperium Aztek terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda.
            Penduduk Tenochtitlan, misalnya, menyebut diri mereka Tenocha, Mexica, atau Mexicacolhua. Imperium tersebut juga berisi bangsa Acolhua dari texcoco, bangsa tepanec dari Azcapotcalzoo, bangsa Chalca, xochimilca, Tlahuica, dan bangsa-bangsa lainnya. Jadi nama Aztek keliru dalam banyak hal. Oleh karena itulah ketahui oleh sebagian besar orang, para ahli tetap menggunakannya. Namun harus diingat bahwa nama Aztek adalah semacam jembatan keledai, dan namun itu sebenarnya mengacu pada bangsa-bangsa dari Imperium tersebut.
     Di sebuah pulau di danau Tecoco, bangsa Aztec memperoleh semacam wangsit karena telah melihat seekor elang dengan seekor ular dimulutnya, yang sedang bertengger pada pada sebatang kaktus. Karena menganggap hal tersebut sebagai pertanda gaib, para pendeta mengikrarkan bahwa pulau tersebut telah dipilih untuk bangsa Aztec oleh dewa-dewa mereka. Distulah mereka membangun kota Tenochtitlan. Mereka memperluas kota tersebut dengan membuat rakit-rakit yang terbuat dari anyaman ranting dan rotan yang uruk tanah dan tanaman. Di daerah danau ini mereka mengembangkan pertanian yang bersifat primitif. Kota Tenocthitlan yang didirikan oleh bangsa Aztec kemudian berkembang menjadi pusat kegiatan ritual. Bangunan pemujaan berbentuk piramid banyak didirikan.

Letak Geografis
Kekuasaan suku Aztec berpusat di Tenochtitlan (sekarang  Meksiko city) yaitu sebuah pulau yang berada di tengah-tengah danau tezoco
Kekuasaan aztek meluas dari utara sampai ke teluk yang sekarang bernama telukmeksiko, kemudian dari timur sampai lerma, ke selatan sampai sudra pasifik dan ke barat sampai san Lorenzo
            Empat Bangsa Utama Dari Meksiko Tengah
1.      Olmec (sekitar 1200-400M)
Bangsa Olmec adalah pendiri peradaban besar pertama Mesomerika, kota-ota mereka muncul dikawasan pantai Teluk Meksiko mulai abad ke-2 SM. Bangsa Olmec merupakan pembuat patung yag piawai, baik karya monumental raksasa berbobot beberapa ton maupun benda-benda kecil yang pas dipegang tangan. Arsitektur monumental, kepercayaan, kalender, dan sistem tulisan bangsa Olmec mempengaruhi semua kebudayaan Mesoamerika kelak. Alhasil, perdaban mereka dianggap sebagai “kebudayaan induk” daerah tersebut.
2.      Teotihuacan ( sekitar 150-750 M)
Selama 900 tahun, merupakan sebuah kota luas yang mencakup 20 km2 dengan 100 – 200 ribu penduduk. Kala itu Teotihuacan adalah kota terluas di benua Amerika. Teotihuacan punya pengaruh yang luas di seluruh Mesoamerika. Kota ini merupakan perdagangan yang maju dengan pesat, tempat banyak kerajinan dibuat. Teotihuacan secara misterius ditinggalkan pada abad ke-8.
3.      Toltec (950-1150)
Setelah keruntuhan teotihuacan, banyak negara kota-kota kecil beradu kekuatan demi kepuasan di Meksiko Tengah, bangsa Toltec secara perlahan berkuasa. Ibukota mereka berada di Tula, sekitar 56 km di utara Teitihuacan. Bangsa Toltec mempraktikan upacara kurban manusia dalam skala besar dan memilki budaya petarung. Pada abad ke-12, kiul-kuil mereka dihancurkan dan kota ditinggalkan.
4.      Imperium Aztek(1430-1521)
Bangsa aztec tiba di Meksiko tengah dari utara abad ke-12. Perlahan mereka menghimpun kekuatan. Dari ibukota mereka, teochtitlan, bangsa Aztek berkembang membangun imperium raya mulai pertengahan abad ke-15 dengan bantuan sekutu-sekutunya. Pada puncak kejayaanya, imperium itu menguasai suatu daerah yang luasnya 300 ribu km2, dan mengumpulkan upeti dari jutaan orang.
TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN AZTEK
1.      Sistem Religi atau kepercayaan
Bangsa Aztek juga dikenal sebagai penganut politheis yang dimana bangsa aztek memuja banyak dewa, beberapa contohnya adalah, dewa Tlatecuhtli yang berarti dewa utama Aztek, kemudian patung Coacticlue yang berarti dewi utama bagi bangsa Aztek, Huitzilopochtli yang berarti dewa perang (membawa kemenangan bagi bangsa Aztek yang membuat mereka bisa memperluas imperium mereka), dewa hujan yang memastikan agar tanah diairi untuk menanam jagung dan bahan pangan lainnya guna menghidupi masyarakat Aztek.
Elang dan jaguar adalah hewan yang penting bagi bangsa Aztek, mereka menganggap elang sebagai pemburu terhebat diudara dan jaguar sebagai pemburu terhebta di darat. Para prajurit terbaik dalam militer Aztek masuk komunitas khusus bernama Ksatria Elang dan Ksatria Jauguar. Ruangan di Minalco mungkin diguanakn dalam upacara-upacara guna menyambut para prajurit muda masuk ke dalam komunitas ini raja Aztek duduk di atas singgasana berukiran seekor jaguar, sehingga adanya ukiran jaguar memberi petunjuk bahwa sabg raja sendiri menghadiri ritual.
Tradisi sekaligus kepercayaan yang mengerikan tentang Aztek adalah tradisi membunuh tawanan. Penjelajah spanyol, Rahib Bernardio menuliskan, bahwa tawanan berbaring di atas sebuah batu sementara para pemimpin ritual memegangi lengan dan kaki mereka. Kemudian pemimpin ritual yang lain melubangi dada si korban dan menarik keluar jantungnya dengan sangat cepat sehingga jantungnya masih berdetak. Tubuh korban kemudian digulingkan dari keluar dari tepi piramida sampai ke dasar. Para ahli berpendapat bahwa salah satu alasan utama bangsa astek sering pergi berperang adalah untuk menangkap tawanan yang cukup agar tetap bisa mengadakan upacara kurban bagi Heuitzilopochtli. Jika mereka tidak bisa melanjutkan kurban, bangsa Aztek percaya Imperim mereka akan runtuh.
Tradisi dalam tentara atau prajurit Aztek dalam latihan awal harus bekerja sama denagn petarung muda lain untuk menangkap seorang tahanan. Tawanan itu kemudian dibunuh, dan para prajurit kemudian memakan bagian tubuhnya sebagai ritual. Dilanjutkan prajurit bertarung sendirian, berusaha mendapatkan tawanan. Status seorang prajurit akan naik jika mendapatkan lebih banyak tawanan.
2.      Sistem Pengetahuan
Bangsa Aztek memilki sistem pendidikan dan ilmu pengobatan yang jauh lebih baik daripada yang dimilki bangsa Spanyol. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Kodeks Badianus ditulis pada 1552 oleh Martinus yang merupakan dokter Aztek. Kodeks itu memuat resep berilustrasi untuk pengobatan herbal.
Bangsa Aztek juga memilki ketrampilan dalam bidang rancang bangun. Pengetahuan di bidang teknik bangunan mereka membuat bangunan dengan menggunakan batu yang bernama Tazontle, dengan berat yang sangat ringan, untuk mengurangi berat bangunan. Tazontle digunkan sebagai bahan utama bangunan, yang kemudian dilapisi dengan batu yang keras seperti basal. Para pembangun juga membuat fondasi yang dalam. Mereka memancangkan tiang kayu pancang berukuran hingga 10 m ke dalam tanah guna membuat dasar yang kukuh untuk konstruksi.
3.      Sistem Organisasi masyarakat
Bangsa Aztek merupakan suatu masyarakat tertata yang sebagian besar warganya tinggal di kota-kota. Beberapa warga kota bertugas sebagai pejabat pemerintahan, pendeta, atau prajurit.
Para penguasa berada di tingkat terartas dari masyarakat yang terbagi atas lapisan yang jelas. Masyarakat yang paling utama antara lain prajurit, pemimpin keagamaan, dan pejabat yang menjalankan imperium. Mayoritas penduduk adalah masyarakat petani. Sesuai dengan catatan bangsa Spanyol, masyarakat aztek dibentuk untuk menghasilkan prajurit. Mereka memuliakan peperangan dan memilih mati dalam peperangan atau menjadi tawanan yang dikurbankan pada para dewa.
Terdapat pula banyak budak disana, beberapa orang menjadi budak sebagai hukuman atas suatu kejahatan, namun kebanyakan dari mereka menjual diri demi mendapatkan uang untuk keluarga mereka atau membebaskan diri dari utang. Para para budak seringkali memegang posisi-posisi kekuasaan, bahkan mereka bisa memilki budak sendiri.
Kelompok paling penting di masyarakat Aztek antara lain adalah penyembuh.
4.      Sistem Ekonomi
Pada 400 M, Teotihuacan merupakan kota yang meingkupi 21 km2. Penemuan artefak, batu-batu permata dan logam mulia menunjukan bahwa kota itu merupakanpusat perdagangan. Sebuah akuaduk memasok kota itu dengan air segar, sementara banyak perahu membawa makanan dan barang-barang lainnya dari pantai ke pasar-pasar yang ramai, bahkan bangsa Spanyol yang telah melihat kota-kota besar seperti Roma di Italia mengakui bahwa mereka tak pernah menjumpai kota seperti Tenochtitlan. Golongan khusus pedagang, disebut pochteca, berdagang dengan daerah yang bangsa Aztek sebut Daratan Panas. Mereka melakukan perjalanan dengan karavan ke selatan sejauh ketempat yang kini adalah Panama. Perjalan mereka bisa bertahun-tahun, dengan para buruh angkut yang membawa barang muatan 48-65 km setiap hari. Para pedagang membawa pulang batu Giok hijau, tempurung kura-kura dan makhluk laut lain, kulit jaguar, serta bulu-bulu burung yang berkilauan, barang-barang mewah bagi penguasa imperium.
Para bangsa Aztek juga memperdagangangkan tekstil tenun yang diperdagngankan di pasar untuk mendapatkan barang-barang seperti garam dan tembikar yang dilukis.barang-barang semacam itu terkadang diimpor melewati jarak yang cukup jauh. Garam berasal dari Lembah Meksiko, misalnya, dan perunggu dari Meksiko barat. Pachuca dan Otumba merupakan penghasil utama obsidian.
Benda penting lain dalam perdagangan adalah kertas. Kertas digunakan untuk menghasilakan kodeks Aztek. Di beberapa rumah, Smith menemukan peralatan yang digunakan untuk memukul-mukul kulit pohon menjadi lembaran-lembaran tipe untuk membuat kertas. Ia juga menemukan sisa cat yang dibuat bagi para perajin guna mewarnai kodeks.
Para petani juga mampu menghasilkan tanaman pangan dan barang-barang lain yang takhanya cukup untuk membayar upeti, tetapi juga untuk perdagangan bagi mereka sendiri. Mereka juga memiliki teknik sendiri dalam pertanian, mereka membangun “taman mengambang” di danau Tetzcoco. Mereka menumpuk tanah di atas rakit, tempat mereka menanam tanaman pangan dan pepohonan. Dari waktu ke waktu, akar tanaman tumbuh ke bawah melewati rakit ke dasar danau, tempat mereka menahan pulau agar tetap di tempat.
5.      Sistem Teknologi
Pekerja Aztek menggunakan peralatan yang telah digunakan selama berabad-abad oleh para pembangun kota lainya di Mesoamerika, seperti kapak, palu, dan pahat yang terbuat dari obsidian, batu keras berwarna hitam. Mereka membuat lubang dengan bor bermat kuarsa, batu yang cukup keras untuk mengukis batu yang lain. Di utara kota, para pekerja memasukan baja ke dalam celah di permukaan batu. Mereka kemungkinan memindahakn bongkahan itu ke kota dengan menggunakan penggelinding yang terbuat dari batang pohon atau dengan penggeret yang mereka tarik dengan menggunakan tali. Mereka juga membawanya lewt sungai dengan menggunakan tongkong.
6.      Sistem Bahasa
Bangsa Aztek tidak mempunyai sisitem abjad atau tulisan seperti yang kita ketahui. Mereka mengandalkan komunikasi lisan untuk menyampaikan informasi dari generasi ke generasi. Mereka juga menciptakan catatan yang dikenal sebagai Kodeks (naskah kuno yang berupa tulisan tangan). Kodeks tersebut berupa lembaran kulit rusa atau kulit kayu yang dilipat seperti buku. Kodeks tersebut berisi simbol-simbol yang digambar, disebut Gilf, yang melambangkan hal-hal tertentu seperti tanggal atau nama tempat. simbol-simbol itu juga merepresentasikan mitos, legenda, dan dewa-dewa. Setelah bangsa Spanyol menaklukan bangsa Aztek pada 1521, mereka menghancurkan sebagian besar kodeks karena berhubungan dengan kepercayaan bangsa Aztek yang ingin mereka ganti dengan agama Kristen.
7.      Sistem Kesenian
Dalam kesenian bangsa Aztek memilki ukiran-ukiran raksasa seperti halnya patung-patung parjurit, dikenal sebagai Atlantes, berdiri di atas piramida di Tula. Penemuan selanjutnya adalah berupa sebuah kepala dari batu dengan tinggi hampir 1,5 m dan berat 7,2 ton. Wajah kepala itu memilki mata yang membelalak, hidung pesek, serta menegnakan sesuatu yang mungkin adalah helm, patung ini di temukan pada tahun 1862 oleh seorang pekerja yang sedang membersihkan suatu lapangan di Tres Zapotes. Situs yang diberi nama San Lorenzo itu bersal dari sekitar 1200-900 SM jauh sebelum kebudyaan perkotaan apa pun dibenua Amerka. Permukiman tersebut merupakan pusat peradaban Olmec, yang kebudayaanya mempengaruhi bangsa-bangsa di Mesoamerika kelak, Kalender Aztek misalnya didasarkan pada elnder Olmec.
Pada tahun 2006, para ahli menemukan suatu Loh batu yang mingkin menggambarkan sistem tulisan Olmec. Loh tersebut diukir dengan deretan 62 simbol, seperti tulisan modern. Beberapa ahli berpikir bahwa loh itu mungkin barang tiruan.
Dalam bidang kesenian juga bangsa aztek mempunyai penyair-penyair salah satunya penyair Aztek yang tak dikenal menulis sebuah puisi pilu tentang ibukota itu dalam bahasa Nahuatl : “kami telah memukul-mukulkan kepala kami pada dinding batako dalam keputusasaan, demi warisan kami, kota kami, musnah dan mati”

Senin, 21 Juli 2014

etnografi Desa Bendosari Kecamatan Pujon kabupaten Malang Jawa Timur ( Antropologi)



GAMBARAN UMUM DESA
Desa bendosari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pujon, lokasi yang terletak di lereng gunung kawi Malang dan berada pada ketinggian 1200dpl ini memiliki udara yang sangat dingin sekitar 20°C. Hampir seluruh lahan tanah yang ada di Bendosari digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan karena masyarakatnya mayoritas bekerja pada sektor pertanian. Desa Bendosari secara struktural merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari sistem perwilayahan kecamatan Pujon. Secara geografis Desa Bendosari termasuk wilayah yang memiliki pegunungan dan sebagian besar dataran tinggi. Desa ini terletak pada wilayah barat jalur alternatif transportasi barat dan memiliki potensi yang cukup strategis dengan luas wilayah 269,23 Ha dimana seluas 31 Ha merupakan daerah pemukiman penduduk dan sisanya adalah lahan kering dan areal persawahan. Desa Bendosari  terbagi menjadi 5 dusun, yakni : Dusun Cukal, Dusun Dadapan Wetan, Dusun Dadapan Kulon, Dusun  Ngeprih dan Dusun Tretes dengan perbatasan wilayah sebelah barat yaitu dengan Kecamatan Ngantang, sebelah timur dengan Desa Sukomulyo dan sebelah Utara dan Selatan berupa hutan.

Pola hidup dan cara pandang masyarakat di Desa Bendosari lebih tertuju pada peternakan dan pertanian sehingga adat istiadat serta dinamika masyarakat masih mengutamakan kegotong royongan dan kebersamaan, hal ini dapat di amati secara jelas saat adanya pembangunan rumah atau kegiatan apaun para warga masyarakat selalu melakukannya secara bersama-sama dan saling bahu membahu. Tujuannya ialah untuk umenumbuhkan rasa kebersamaan, kerukunan serta silaturahmi antar warga masyarakat yang ada di Desa Bendosari ini. Selain itu pada masyarakat desa juga tak ada yang mengenal adanya stratifikasi sosial yang mengikat antara satu dengan yang lainnya.
Untuk mencapai akses menuju pusat kecamatan, pasar,puskesmas dan kantor polisi tersedia sarana dan prasarana perhubungan yang dapat memperlancar akses menuju tempat tersebut terdapat jalan beraspal serta jembatan beton sebagai prasarana perhubungan darat yang telah terdapat  di Desa Bendosari. Adapun prasarana untuk mencapainya adalah kendaraan umum berupa bus, colt(kendaraan umum), serta ojeg. Jarah desa Bendosari dengan pusat kecamatan Pujon kurang lebih 8 km, sementara itu jarak antar pedukuhan yang ada di Bendosari sekitar 4-5 km jarak antar desa. Antar dukuh dapat diakses melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang berupa ojek, karena jaraknya tidak terlalu jauh serta lebih mudah menggunakan kendaraan roda dua karena jalannya masih begitu terjal.
Sarana komunikasi yang ada di desa Bendosari saat ini terdapat handphone sedangkan untuk akses internet mulai dirintis agar para penduduk juga dapat mengenalnya. Sedangkan untuk alat komunikasi tradisional masih digunakannya kentongan sebagai tanda untuk mengumpulkan para warga masyarakat apabila ada hal penting yang akan disanpaikan.selain itu sebagai sarana memperoleh informasi berupa berita para masyarakat menggunakan media informasi berupa televisi dengan radio yang paling mudah di akses.
 Kawasan desa Bendosari sangat mempunyai potensi ssebagai tempat tujuan pariwisata karena memiliki potensi yang sangat luar biasa pada wilayah alam yang masih alami dan terjaga kelestariannya. Desa Bendosari ini juga telah dijadikan sebagai kampung ekowisata karena potensi alamnya yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata yang berbasis pada alam. Di Desa Bendosari ini terdapat berbagai macam tempat wisata alam yang dapat dikunjungi seperti Grojogan Sewu, Grojogan Mutiara, Wisata Sumber Manis, Wisata PLTM serta wisata petik apel yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi orang yang ingin berkunjung ke Desa Bendosari.
Tak hanya terkenal karena potensi pariwisatanya saja, Desa Bendosari juga terkenal karena penduduknya yang mulai belajar mencintai lingkungan dengan pengolahan limbah menjadi berkah. Kotoran sapi yang pada awalnya mengalir di sungai saat ini mulai dijadikan biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti LPG oleh para warga. Memang belum semua warga menggunakan biogas yang berasal dari kotoran sapi, namun saat ini sedikit-demi sedikit para warga mulai beralih menggunakan biogas.
Demi meningkatkan kualitas pertanian, Pada tahun 2009 pemerintah desa yang dikomandoi oleh kepala desa Bpk. Choirun pernah mengajak masyarakat untuk melakukan studi banding ke cisarua jawa barat untuk belajar mengenai pertanian organic ( sukses story ). Dari hasil studi banding di Cisarua juga masih belum memberikan keberanian masyarakat di desa bendosari untuk segera beralih fungsi menjadi pertanian organik yang sebenarnya lebih menguntungkan bagi masyarakat. Potensi kotoran ternak sapi sebenarnya juga bisa mencukupi kebutuhan pupuk bagi masyarakat desa bendosari, karena hampir semua masyarakat menpunyai sapi ternak. Pupuk kandang dari kotoran sapi yang tidak di manfaatkan oleh masyrakat saat ini telah banyak member kontribusi pencemaran pada sumber – sumber air didesa dan di Kali Konto yang mengalir ke kali Brantas. Kesadaran masyarakat untuk mengelola kotoran sapi masih sangat rendah, mereka lebih menyukai sesuatu yang sangat praktis seperti, masyarakat pernah medatangkan kotoran ayam dari kota Kediri sebgai pengganti pupuk, tapi jika kita menghitung dari segi ekonomi sebenarnya jauh lebih besar kerugian ekonomi kalau mendatangkan pupuk kotoran ayam dari kota lain, biaya transportasi dan juga biaya pupuk yang harus di beli dari pengusaha ayam, belum lagi kandungan kotoran ayam sebenarnya jauh lebih jelek dibanding dengan kotoran sapi yang penuh dengan nutrisi karena bahan makanan sapi dari rumput dan organik. Kotoran ayam mempunyai kandungan nutrisi banyak dari makanan ternak yang banyak mengandung kimia karena pengolahannya dari industry makanan ternak.
Dalam menjaga kelestarian sumber – sumber air yang ada, selama ini masyarakat melakukan penanaman pohon di sekitar sumber – sumber air dengan beberapa jenis tanaman seperti pohon galitus ( jenis banyak air dan kayu bakar ), Alpukat , Kaliandra dan bambu jawa. Lokasi sumber – sumber air yang ada kebanyakan tersebar di lahan – lahan perhutani dan lereng – lereng gunung sekitar desa bendosari dan Gunung Kawi malang ( Gunung Parang putih , Gunung Pusung Lading dan gunung byang yem ). Banyaknya sumber air yang berhasil teridentifikasi di desa bendosari sebanarnya ada peranan yang sangat besar dari LPMD ( lembaga pembangunan masyarakat Desa ) bapak Joko Wasis ( 37 thn) bersama dengan 6 orang teman – temannya selama ini sangat sering melakukan perjalanan menyusuri hutan di sekitar bendosari untuk mencari sumber – sumber air yang debitnya sangat besar sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat desa. Di desa bendosari sendiri khusunya di desa Dadapan Kulon sangat sedikit sumber air yang dimiliki, lokasi yang sangat tinggi diperbukitan menjadi alasan kenapa sumber air sangat susah didapatkan dari dusun dadapan kulon, sumber air di dusun ini ada tetapi berada sangat jauh dibawah sehingga harus membutuhkan pompa dengan tekanan besar untuk bisa menarik keatas air dari bawah. Tim pencari sumber ini mempunyai cara yang sangat sederhana yang biasa dipakai dalam mencari sumber air di hutan. Ada 2 teori yang biasa dipakai :
1. Pada waktu musim kemarau dengan melihat semak atau tanaman yang berwarna hijau atau lebih segar itu yang biasa di jadikan patokan kalau ada sumber air dilokasi tersebut.
2. Sedangkan pada waktu awalan musim hujan biasanya ditandai dengan adanya pelangi yang lurus itu juga biasa dipakai sebgai tanda kalau di sekitar pelangi ada sumber yang dapat di manfaatkan.
 Dalam menjaga sumber air, Selain menanam pohon disekitar sumber, masyarakat juga mempunyai ritual yang sampai saat ini masih dijunjung dan dilestrikan terkait upaya penyelamatan air di desa Bendosari dengan mengadakan ritual tahunan sebagai bentuk syukur masyarakat terhadap sumber air yang mereka gunakan dan masih sangat jernih serta bisa menghidupi masyarakat desa dengan melakukan ritual menyembelih hewan kerbau tapi yang di gunakan sebagai sesajinya berupa “ wadonane kerbau “ atau alat kelamin kerbau perempuan dan dilakukan pada hari selasa kliwon sesuai dengan hari lahirnya desa Bendosari.
Cara berfikir masyarakat di desa Bendosari memang masih lebih mementingkan masalah ekonomi, untuk masalah kesehatan dan pendidikan belum dianggap penting, sehingga tidak jarang anak perempuan berusia 17 tahun selepas sekolah mereka langsung menikah dan tidak jarang banyak juga dari perkawinan mereka berakhir pada proses perceraian. Permasalahan sosial di desa ini masih sangat besar dan perlu adanya pendidikan sosial seperti kesehatan reproduksi dan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan dan juga pernikahan – pernikahan serta factor psikologis jika melakukan pernikan di usia muda. Hal ini dapat nampak dari monografi penduduk di bawah ini. Para masyarakat mempunyai anggapan bahwa dengan menikah muda akan dapat mengurangi beban yang ada dalam keluarga.










PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN
TDK TAMAT  SD

SD

SLTP

SLTA

D 1

S 1
CUKAL
DDP WETAN
DDP KULON
NGEPRIH
TERTES
553
144
357
79
171
896
169
538
70
169
181
83
209
34
125
50
19
86
15
36
8
-
6
2
6
9
3
14
5
1
JUMLAH
1304
815
632
206
22
32

Dari data diatas telah jelas bahwa mayoritas penduduk yang ada di Desa Bendosari tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Hal ini yang menyebabkan angka buta huruf yang ada Di Desa Bendosari sangat banyak, hal ini disebabkan pada zaman penjajahan jarang orang yang mengenyam bangku pendidikan maka untuk penguasaan ilmu pengetahuan masih sangat rendah. Selain itu banyak juga orang yang beranggapan bahwa bersekolah tidak ada gunanya karena pada akhirnya akan tetap bekerja di ladang.lebih baik bekerja mencari uang dari pada menyia-nyiakan waktu untuk bersekolah.pandangan seperti itu yang menjadikan para anak muda yang ada Di Desa Bendosari tidak bersemangat untuk bersekolah. Oleh karena itu saat ini pemerintahan desa telah melakukan upaya pembangunan sekolah terbuka bagi para penduduk agar dapat tercapai wajib belajar 9 tahun. Selain mempunyai anggapan bahwa bekerja lebih penting daripada sekolah, untuk mencapai Sekolah SMP maupun SMA cukup sulit sebab tempat untuk bersekolah letaknya berada di pusat kecamatan yang ada di Pujon, hanya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum, hal tersebut yang menyebabkan banyak anak begitu enggan untuk bersekolah.
Pada masyarakat desa Bendosari ilmu pengetahuan mengenai teknologi masih sangat rendah sekali. Itu karena faktor kurangnya pendidikan pada masyarakat serta kondisi wilayah desa yang masih ada di daerah pegunungan serta jauh dari pusat pemerintahan kabupaten. Karena ilmu pengetahuan yang diperoleh masih sangat rendah maka pada masyarakat Desa Bendosari masih mengenal yang adanya klenik, misalnya ada seorang gadis yang duduk di depan pintu maka akan dimarahi dan dianggap jodohnya akan kabur bila mau melamar. Selain itu pada masyarakat juga masih mennganggap adnya tempat-tempat yang tidak boleh dikunjungi karena terdapat kekuatan mistik di dalam tempat tersebut.




SEJARAH DESA
Mengenai sejarah berdirinya Desa Bendosari tidak ada data tertulis yang dapat menjelaskanya, serta tidak banyak orang tau mengenai sejarah munculnya desa Bendosari di Kecamatan Pujon ini.Menurut informasi yang didapatkan dari para sesepuh desa bahwa Desa Bendosari didirikan oleh Mbah Suromenggolo dan Mbah Suromentolo yang juga disebut Mbah Murtolo yang pada tahun 1793 dengan membuka hutan dibagian Utara dan di daerah barat, namun demikian Beliau kehilangan arah selanjutnya menemukan kembali melalui babatan-babatan hutan Amat Sulit kemudian babatan hutan Amat Dariman dibagi menjadi dua yaitu sebelah utara dan sebelah selatan. Babatan hutan 2 wilayah inilah yang kemudian menjadi desa Bendosari Sebagai pengikut Mbah Suromenggolo melalui babatan hutan rimba maka mereka menamakan Bendo dampit karena kesulitan mengucapkan kata Bendodampit maka menjadi Bendosari dan kata tersebut digunakan untuk memberi nama desa yaitu Desa Bendosari
Pemerintahan Desa Bendosari mulai berdiri sejak tahun 1793, dengan kepala pemerintahan pertama kali yaitu Mbah Suro Menggolo. Silsilah pemerintahan desa Bendosari hingga sekarang adalah sebagai berikut:
  1. Mbah Suro Menggolo
  2. Mbah Srempang
  3. Mbah Suro Mentolo
  4. Mbah Mrico
  5. Mbah Tulus
  6. Mbah Singo Leksono
  7. Mbah Setroleksono
  8. Mbah Irrorejo
  9. Mbah  Kerto Pawiro
  10. Mbah Setroredjo
  11. Mbah Supeno Danu Pranoto
  12. Umar Tadjudin
  13. M Yusuf Danu Prasetyo
  14. M. Khoirun Se
Struktur pemerintahan desa yang ada di Desa Bendosari tidak jauh berbeda dari desa-desa lain yang ada di wilayah Indonesia, berikut bagan pemerintahan desa:














MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA BENDOSARI
Sebagian besar masyarakat yang ada di Desa Bendosari berprofesi sebagai petani dan peternak hal ini dapat dilihat dari pola kehidupan masyarat yang mayoritas mempunyai lahan garapan untuk bertani atau berkebun. Selain itu mata pencaharian yang paling penting ialah bertenak sapi, ini sangat jelas dapat diamati pada setiap KK yang ada di Desa Bendosari karena hampir di setiap rumah terdapat ternak sapi yang dapat di perah kemudian setiap pagi dan sore disetorkan pada KOP SAE. Dari tabel monografi desa di bawah ini terdapat berbagai macam profesi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bendosari namun presentasi terbanyak terdapat pada profesi petani sebanyak 925 dan yang kedua adalah buruh tani sebanyak 425.
PENDUDUK MENURUT PEKERJAAN

TANI

BURUH
TANI

PEDAGANG

PNS

GURU

SWASTA
PENGRAJIN

307
106
440
21
51
97
72
175
12
69

6
1
10
4
2
3
1
6
2
2
16
1
5
-
4
29
-
-
5

5
1
1
1
1

925
425
23
14
26
34
6


Di dalam sistem perkebunan atau pertanian yang ada di Desa Bendosari tedapat istilah petani dan buruh tani yang sebenarnya pekerjaan yang dilakukan tidak jauh berbeda. kedua istilah ini dibedakan karena memang mempunyai arti yang berbeda perbedaannya terdapat pada penggarapan lahan persawahan. Yang disebut sebagai petani adalah orang yang mempunyai lahan persawahan serta yang menggarap sawah tersebut, sedangkan buruh tani adalah orang yang ikut menggarap lahan persawahan namun tidak ikut memiliki lahan persawahan yang digarap. Lahan persawahan yang digarap oleh buruh tani adalah lahan milik petani dengan sistim bagi hasil terhadap tanaman yang ditanam pada sawah tersebut.
Kondisi tanah yang masih subur serta iklim dan cuaca yang bagus juga mendukung pertanian yang ada Di desa Bendosari, berbagai macam sayuran dapat dihasilkan di desa ini . Lahan sayur yang berada di Desa Bendosari bisa di katakan sangat produktif untuk saat ini, mulai dari wortel , gubis, gambas , cabe dan segala jenis sayuran yang biasa kita temukan di pasaran hampir semuanya bisa di tanam di desa Bendosari. Di desa bendosari pemakaian pupuk pada pertanian masih banyak menggunakan pupuk kimia dan juga pestisida sebagai penunjang pertanian mereka. Masyarakat sebenarnya banyak yang sudah mengetahui dampak dari pemakaian pestisida dan pupuk kimia telah membuat lahan ataupun tanah mereka mengalami penurunan kandungan hara dan tidak sehat. Sedikit demi sedikit saat ini para warga mulai menggunakan pupuk organik untuk menambah hasil tanaman mereka mengganti pestisida yang dapat merusak kesuburan tanah.
Untuk sistem pertanian yang ada di Desa Bendosari mengenal dua musim tanam yaitu musim kemarau atau yang dikenal sebagai musim marengan oleh para masyarakat Bendosari, kemudian musim penghujan yang dikenal sebagai musim rendeng. Pada musim kamarau di persawahan mayoritas ditanami tanaman palawija. Sedangkan saat musim penghujan ditanami padi, sayuran, dan sebagian palawija. Saat musim tanam para petani atau buruh tani menggantungkan penghasilannya selama sehari-hari melalui penjualan susu yang dihasilkan oleh sapi perah.
Sedangkan untuk mata pencaharian atau profesi beternak dapat dilihat melalui tabel yang ada di bawah ini. Dari tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat banyak yang memelihara sapi perah dari pada kambing hal ini disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang ada di Desa Bendosari yang sebagian besar berupa daerah pegunungan yang hutanya masih subur untuk ditanami rumput sebagai makanan utama dari sapi perah. Selain dari segi wilayah hutan yang masih subur juga terdapat begitu banyak sumber air bersih yang murni untuk mendukung adanya peternakan yang ada di desa Bendosari. . Setiap hari pada jam 4 pagi dan 4 sore masyarakat desa yang mempunyai sapi menyetor susu hasil perahan mereka ke koperasi di setiap dusun. Setiap harinnya sekitar 2000lt susu yang dihasilkan dari desa bendosari untuk disetor di koperasi dan dijual ke PT. Neastle dengan harga Rp.3000,-/lt untuk susu yang baik sesuai ukuran yang dilakukan koperasi.
 
NO
DUSUN
PETERNAKAN
SAPI
KAMBING
01
02
03
04
05

CUKAL
DDP WETAN
DDP KULON
NGEPRIH
TRETES
724
314
887
33
247
2255
47
84
51
80
JUMLAH
2205
487

Sedangkan untuk mata pencaharian atau profesi berternak juga terdapat istilah peternak dan buruh ternak. Untuk peternak adalah orang yang memiliki ternak sapi sendiri dan memeliharanya sendiri. Sedangkan buruh ternak adalah orang yang berkewajiban untuk merawat dan memelihara ternak milikyang memiliki ternak sapi sendiri dan memeliharanya sendiri. Sedangkan buruh ternak adalah orang yang berkewajiban untuk merawat dan memelihara ternak milik orang yang memiliki ternak. Di sini peran buruh ternak ialah mengurus ternak milik orang yang mempunyai ternak namun tidak mempuyai waktu untuk dan tempat untuk menernak sapi. Orang yang biasanya menitipkan ternaknya pada buruh sapi biasanya adalah orang yang tidak mempunyai ladang untuk mmenanam rumput, serta orang yang sibuk dengan pekerjaan lainnya seperti PNS, pegawai serta orang yang berprofesi bukan sebagai peternak sapi, namun ingin memiliki ternak sapi. Bagi pegawai mentipkan ternaknya pada buruh ternak adalah bagian dari infestasi yang pada masa mendatang akan memperoleh keuntungan dari penjualan sapi perah yang dititipkannya. Namun tak selamnya investasi ternak ini akan memperoeh keuntungan karena bisa saja sewaktu-waktu harga sapi dapat mengalami penurunan atau kenaikan. Terkantung kepada harga pasar yang menentukan.
Pada sistim penitipan ternak ini juga mengenal sistim bagi hasil antara pemilik ternak dengan buruh ternak. Misal ada salah seorang membeli ternak sapi kemudian dititipkan pada buruh ternak . kemudian pada tahun pertama sapi tersebut mengandung dan kemudian melahirkan maka pedet pada kelahiran yang pertama tersebut akan menjadi milik buruh ternak. Kemudian pada tahun ke-dua sapi tersebut kembali mengandung serta melahirkan kembali maka pedet pada tahun kedua ini akan menjadi milik orang yang mempunyai ternak tersebut. Sistem bagi hasil bisa juga, apabila sapi yang dititipkan itu dijual dan memperoleh keuntungan maka keuntungan atas penjualan sapi perah tersebut dibagi menjadi dua antara pemilik ternak dengan buruh ternak. Namun sistim bagi hasil tersebut sesuai kesepakatan antara pemilik dengan buruh ternak yang sewaktu-waktu dapat berubah.
Beternak sapi di Desa Bendosari merupakan mata pencaharian utama yang ditekuni oleh para warga karena hampir setiap rumah yang ada di Desa Bendosari memiliki kandang untuk beternak sapi perah. Hal ini didukung karena kondisi alam desa bendosari yang subur serta sangat baik untuk ditanami berbagai jenis rumput yang diperuntukkan bagi makanan baik sapi perah, kambing dan lain-lain.
PERALATAN PERTANIAN TRADISIONAL
1. PERALATAN METEKAP / MEMBAJAK SAWAH
Metekap adalah istilah orang bali dalam  membajak sawah mereka, peralatan tradisional yang mereka pakai terdiri dari "UGA" ditaruh pada leher kedua ekor sapi yang kemudian di ikat pada "TENGALA" dan "LAMPIT" yang berfungsi untuk membajak sawah.

2. TAMBAH/CANGKUL/PACUL
"Tambah" dalam istilah bali atau Cangkul atau pacul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput atau pun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan hingga kini. Pekerjaan yang lebih berat biasanya menggunakan bajak. Cangkul biasanya terbuat dari kayu dan besi.

3.  PETAKUT / ORANG-ORANGAN SAWAH
Petakut / orang orangan disawah biasanya dibuat dari batang bambu yang di bungkus dengan jerami hingga dibuat mirip seperti orang yang berada di tengah sawah, dengan tujuan untuk menghalau burung agar takut memakan biji padi yang sedang menguning.

4. Pondok
pondokmerupakan gubuk yang berada di tengah lahan persawahan, biasanya digunakan sebagai tempat berteduh, tempat peristirahatan sejenak para petani selepas kesibukan di pematang sawah,pondok juga biasanya digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan pertanian oleh para petani.
5. ARIT / SABIT
Arit adalah alat pertanian untuk memotong padi di sawah dan merupakan alat pertanian yang penting bagi petani. Terbuat dari besi bertangkai, dibuat sedemikian rupa agar mudah dipakai. Matanya membentuk bulan sabit, karena itu disebut sabit. Dahulu sebagian besar arit merupakan hasil industri rumah tangga. Arit dibuat dan besi atau baja bekas yang ditempa secara tradisional menjadi berbentuk bulan sabit, lalu diberi gagang dari kayu. Arit bagi petani merupakan alat serbaguna, untuk memotong rumput makanan ternak dan membersihkan ladang, digunakan untuk mengiris manggar kelapa atau enau yang akan disadap niranya. Juga banyak digunakan untuk menuai padi karena dianggap lebih efektif daripada ani-ani. Jenis dan ragam arit juga banyak, tergantung kebutuhan dalam menggunakannya, mulai dari yang kecil hingga yang besar, Seperti Arit Pengaritan rumput, pengaritan padi yang matanya bergerigi, hingga arit penyalah dan caluk yang ukurannya lebih besar yang digunakan untuk memotong dahan yang keras dan lebih besar.

6. GEREJAG/GEBOTAN 
Gerejag/Gebotan merupakan alat yang dipakai petani dalam proses panen di sawah, dimana alat ini berfungsi melepas biji padi dari tangkainya, dengan cara tangkai padi di ayunkan di gebotan sehingga biji padi bisa terlepas dari tanggkainya.

7. KERANJANG
Keranjang Merupakan alat untuk menampung hasil pertanian seperti buah, sayuran dan bisa juga digunakan untuk menampung rumput untuk ternak sapi para petani.
BAHASA
Warga masyarakat yang ada di desa Bendosari hampir seluruh warganya merupakan keturunan asli dari suku Jawa. Sehinga dalam kegiatan komunikasi lisan secara sehari-hari menggunakan bahasa Jawa, yang telah menjadi bahasa ibu bagi para warga masyarakat. Hal ini karena seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa apabila berkomunikasi harus bisa berbahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari merupakan hal yang utama dipakai baik bahasa jawa ngoko maupun bahasa Jawa kromo. Terlebih apabila sorang yang lebih muda akan berbicara pada orang yang lebih tua, mereka harus menggunakan bahasa kromo agar dapat menghormati orang yang lebih tua, selain itu banyak para orang tua yang belum mengenal Bahasa Indonesia sehingga banyak orang menggunakan bahasa Jawa dibanding dengan menggunakan bahasa Indonesia.

PENGGUNAAN LAHAN
 Lingkungan alam yang ada di Desa Bendosari sebagian besar merupakan daerah pegunungan yang memilii crah hujan sedang hingga tinggi. Tanah yang ada di desa Bendosari merupakan jenis tanah humus dan tanah alluvial yang sangat cocok dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan perkebunan. Selain pertanian dan perkebunan lahan yang ada juga digunakan untuk menanam rumput sebagai pakan ternak sapi perah. Wilayah desa Bendosari dialiri dua sungai yaitu sungai panguripan yang digunakan sebagaipengairan irigasi di sawah-sawah serta sungai konto yang merupakan muara sungai dari sungai-sungai kecil yang ada di desa Bendosari. Selain di aliri oleh dua ungai, desa Bendosari juga diapit oleh dua gunung yaitu gunung kawi dengan gunung parangklakah, yang sebenarnya gunung parangklakah ini merupakan sejenis pegunungan dari padas namun para masyarakat lebih sering menyebutnya dengan gunung.Penggunaan lahan yang ada di Desa Bendosari sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian serta lahan perumahan.

TATA GUNA LAHAN
SAWAH
TEGAL
HUNIAN
HUTAN MUTLAK
HUTAN LINDUNG
HUTAN PRODUKSI
358.777 m²
-
-
63.821 m²
80.253 m²

485.766 m²
102.567 m²
371.850 m²
-
-
207.123 m²
101.288 m²
195.479 m²
17.009 m²
87.612 m²



502.851 m²
960.183 m²
608.511 m²
280,3 Ha
274 Ha
348,2 Ha

            Dari data di atas dapat dilihat secara jelas bahwa hampir setengah lahan yang ada di Desa Bendosari digunakan sebagai lahan pertanian dan perumahan sementara yang setengahnya lagi merupakan lahan milik perhutani serta hutan lindung yang sama sekali belum disentuh oleh manusia.
            Dari presentasi pembagian tata guna lahan tersebut yang paling besar adalah tegalan ini karena letak desa Bendosari yang berada di lereng gunung kawi maka banyak orang yang memanfaatkan lereng-lereng yang tidak begitu curam untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
Meskipun hutan yang ada di desa Bendosari ada yang dijadikan tegalan namun pemerintah desa tetap mewajibkan setiap orang yang mempunyai tegalan untuk tetap menjaga dan melestarikan hutan dengan cara penanaman pohon. Bibit pohon yang digunakan adalah bibit pohon yang barasal dari pihak perhutani jenis pohonnya ialah pohon durian mangga dan berbagai jenis kayu. Tujuan dari pewajiban penanaman pohon ini adalah tetap menjaga tempat resapan air, yang akan menghindarkan dari biaya tanah longsor saat musim hujan.
            Sebagian penduduk ada yang memiliki pekarangan yang kadangkala mereka tanami labu, bayam, dan berbagai jenis bunga yang dapat diguakan untuk keperluan sehari-hari serta digunakan sebagai hiasan. Untuk tempat pemakaman tiap-tiap pedukuhan yang ada di Desa Bendosari  memiliki tempat pemakaman umum yang tanahnya berasal dari warga yang mau mengiklaskan ladang atau kebunnya di jadikan tempat pemakaman umum. Letak pemakaman umum yang ada di Desa Bendosari terdapat pada tempat yang memiliki ketinggian yang tinggi, hal ini sesuai dengan kepercayaan pada zaman prasejarah bahwa letak nenek moyang berada di atas.





Agama
Penduduk yang ada di Desa Bendosari hampir 90% menganut agama islam. Meskipun hampir seluruh warga desanya menganut agama islam, namun kehidupan keagamaan masih kental dengan adanya ritual-ritual keagamaan yang terpengaruh oleh zaman prasejarah maupun jaman Hindhu-Budha. Ritual yang sering dilakukan adalah ritual-ritual yang berhubungan dengan perjalanan hidup manusia sendiri, ritual yang dilakukan disebut dengan selametan. Selametan yang dilakukan ini merupakan slamatan pada awal pernikahan hingga slamatan orang meninggal. Upacara perkawinan merupakan upacara yang paling penting sebab ada sepasang wanita dan pria yang memasuki babak kehidupan yang baru. Selain dilakukan ijab kabul secara agama, juga dilakukan acara untuk merayakanya. Pada penduduk desa Bendosari upacara pernikahan biasanya diawali dengan slamatan yang dilakukan di punden kemudian malam harinya dilakukan di rumah yang lebih dikenal dengan sebutan rowarasul. Untuk adat kehamilan akan dilakukan adat dilakukan berbagai upacara sebagai berikut:
A. Upacara tiga bulanan
Upacara ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah tiga bulan. Di usia ini roh ditiupkan pada sang jabang bayi. Upacara ini biasanya dilakukan berupa tasyakuran.

B. Upacara Tingkepan atau Mitoni
Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama. 
Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus.
A. Tata Cara Pelaksanaan upacara Tingkepan :
1.          Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu, supaya suci lahir dan batin.Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
2.       Memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan simbul harapan supaya bayi lahir dengan lancar, tanpa suatu halangan.
3.    Berganti Nyamping sebanyak tujuh kali secara bergantian, disertai kain putih. Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci, dan mendapatkan berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan sudah “pantas apa belum”, sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum pantas.” Sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana di jawab “pantes.”Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motif yang paling sederhana sebagai berikut :
a. Sidoluhur
b. Sidomukti
c. Truntum    
d. Wahyu Tumurun
e. Udan Riris
f. Sido Asih
g. Lasem sebagai Kain
h. Dringin sebagai Kemben

II. Pantangan dalam Prosesi Kehamilan
Pada saat hamil banyak hal tidak diperbolehkan bagi sang calon ibu maupun calon ayah. Berikut pantangannya:
-          Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
-          Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
-          Ibu hamil tidak boleh keluar malam,  karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
-          Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit tali pusat.
-          Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
-          Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
-           Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
-          Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
-          Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
-          Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
-          Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
-          Untuk sang Ayah dilarang mengganggu, melukai, bahkan membunuh hewan. Nanti bayinya akan mirip dengan hewan tersebut. Contohnya adalah memancing, membunuh hewan.

Serta masih banyak pantangan-pantangan lain yang harus dihindari oleh sang calon ibu maupun ayah. Namun sebenarnya pantangan-pantangan tersebut dapat dinalar apabila ditelaah menurut perkembangan ilmu pengetahuan. Hanya saja beberapa kemungkinan tidak tertuju langsung dengan keberlangsungan hidup si jabang bayi kelak.

III. Macam-Macam Upacara Adat untuk Bayi
Tak hanya pada saat kehamilan saja upacara adat atau ritual dilaksanakan. Ketika sang jabang bayi ini lahir pun masih ada ritual dan upacara adat. Upacara ini pun berlangsung hingga sang anak menginjak usia satu tahun. Namun, pelaksanaan upacara ini dilaksanakaan hanya di usia tertentu saja. Berikut jenis upacara yang berkaitan dengan kelahiran anak.
A. Upacara Adat Brokohan
Brokohan memiliki makna adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita atas proses kelahiran yang berjalan lancar dan selamat. Ditinjau dari maknanya brokohan juga bisa berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta.
Sedangkah tujuannya adalah untuk keselamatan dan perlindungan bagi sang bayi. Selain itu harapan bagi sang bayi agar kelak menjadi anak yang memiliki perilaku yang baik.
Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari atau plasenta si bayi. Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan sesajen brokohan kepada sanak saudara dan para tetangga.

B. Upacara Adat Sepasasaran atau Pupak Puser
Sepasaran merupakan salah satu upacara adat bagi bayi berumur lima hari. Upacara adat ini umumnya diselenggarakan secara sederhana. Tetapi jika bersamaan dengan pemberian nama pada sang bayi upacara ini bisa dilakukan secara meriah.
Acara ini biasanya dilaksanakn dengan mengadakan hajatan yang mengundang saudara dan tetangga. Suguhan yang disajikan biasanya berupa minuman beserta jajanan pasar. Selain itu juga terkadang ada pula yang dibungkus rapi baik menggunakan besek (tempat makanan terbuat dari anyamam bambu) ataupun lainnya untuk dibawa pulang.

C. Upacara Adat Selapanan
Dalam bahasa jawa, selapan berarti tiga puluh lima hari. Tradisi ini digunakan pada peringatan hari kelahiran. Setelah 35 hari dari hari H, maka diadakan perayaan dengan nasi tumpeng, jajan pasar dan berbagai macam makanan sebagi simbol dari makna-makna yang tersirat dalam tradisi jawa.
Namun dalam perkembangannya, saat ini selapanan sebagai ungkapan syukur atas kesehatan dan keselamatan bayi, diwujudkan cukup dengan nasi tumpeng beserta lauk seadanya. Kemudian mengundang tetangga kanan-kiri untuk kendurenan (selamatan), berdoa bersama-sama dan diujung acara, tumpeng dibagi rata untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Selapanan sebagai harapan orang tua dan keluarga agar sang bayi selalu sehat, jauh dari marabahaya. Semoga apa yang diharapkan bisa terlaksana, kabul kajate

D. Upacara Adat Mudhun Siti
Upacara ini dilakukan untuk bayi yang telah berusia 7 bulan. Di Yogyakarta, upacara ini disebut dengan tedhak siten. Upacara ini sebagai pelambang bahwa sang anak telah siap untuk menjalani hidup lewat tuntunan dari sang orang tua. Dan acara ini dilaksanakan pada saat anak berumur 7 selapan atau 245 hari. Prosesi upacaranya adalah tedhak sega pitung warna, mudhun tangga tebu, ceker-ceker, kurungan, sebar udik-udik, siraman.

SELAMATAN DESA(sedekah bumi)
            Sedekah Bumi yang rutin dilaksanakan setiap tahun ditandai dengan Penyembelihan Seekor Kerbau Betina sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran. Kerbau yang akan disembelih terlebih dahulu di arak (kirab) dengan diiringi berbagai tumpeng hasil bumi dan iringan berbagai atraksi seni dan budaya masyarakat. Acara Sedekah Bumi diiringi berbagai festifal kesenian dan bazaar dan pada puncak acara akan digelar kesenian wayang kulit semalam suntuk. Pada upacara sedekah bumi ini di awali dengan proses selamatan yang dilakukan di tempat yang dipercayai menyimpan kekuatan magis tersendiri tempat seperti ini dinamakan punden. Punden dipercayai bahwa ada seorang penunggu desa yang dapat melindungi desa dari bencana alam serta dapat menjaga kesuburan tanaman, yang tinggal di punden tersebut. Untuk menghormati penunggu desa tersebut maka diadakanlah upacra selamatan desa tersebut. Selamatan yang dilakukan di punden dipipimpin oleh salah seorang tokoh mayrakakat yang dapat membacakan doa-doa serta mantere-mantera. Sedangkan peserta selamatan tersebut adalah seluruh warga desa yang tiap-tiap kepala keluarga diwajibkan membawa sebuah tumpeng kecil. Tupeng kecil yang di bawa oleh warga trsebut emudian ditukar-tukarkan antar wawga dan seyeah itu kembali dibawa pulang. Setelah selamatan yang dilakukan di punden selesai dilanjutkanlah acara yaitu pagelaran kesenian seperti jaranan.

KESIMPULAN
            Desa Bendosari merupakan desa yang menyimpan begitu banyak potensi dari segi pertanian, lingkingan, serta pariwisata. Namun hal ini harus terus dikembangkan dengan pengembangan sumberdaya manusia agar sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan secara baik, demi kemakmuran desa.